Bisnis.com, PARIS - Investigasi Nissan terhadap dugaan pelanggaran oleh Ketua & CEO Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, Carlos Ghosn, disebut bisa meluas hingga mencakup masalah keuangan Renault-Nissan.
Berdasarkan sumber yang dilansir Reuters, Nissan berusaha untuk melepas aliansi global mereka sebagai pembuat mobil bersama perusahaan induk di Prancis.
Nissan mengatakan kepada dewan Renault pada Senin, 19 November 2018 bahwa ada bukti kesalahan potensial di Renault-Nissan BV. Perusahaan Belanda yang mengawasi operasi aliansi ini menjelaskan ada tiga orang yang mengetahui tentang masalah tersebut.
Menurut Chief Executive Nissan, Hiroto Saikawa, 43,4% saham Nissan dimiliki oleh Renault. Dalam penyelidikan, terdapat kesalahan yang melibatkan Carlos Ghosn termasuk kurangnya pelaporan tentang kompensasi dan penggunaan pribadi pada aset perusahaan.
Saikawa juga mengungkapkan rencana untuk menghapus Ghosn dari kepemimpinannya setelah veteran industri berusia 64 tahun itu ditangkap di Tokyo beberapa waktu lalu. Tidak satu pun dari orang-orang yang ditahan itu memiliki kesempatan untuk berkomentar secara terbuka tentang tuduhan terhadap mereka.
Pada sebuah konferensi pers di Jepang Senin malam, Saikawa menguraikan tiga kategori besar tuduhan terhadap Ghosn yaitu, kurangnya pelaporan kompensasi, salah mengartikan investasi perusahaan, dan menggunakan aset perusahaan secara pribadi.
Berdasarkan sejarah, aliansi Renault-Nissan sudah berjalan selama 19 tahun. Aliansi ini diperbesar pada 2016 dengan memasukkan Mitsubishi Motors. Namun, aliansi ketiganya ditandai dengan ketegangan di antara pembuat mobil dan pemerintah Prancis.
Carlos Ghosn diduga melanggar instrumen keuangan di Jepang. Carlos Ghosn dicurigai telah mengecilkan penghasilannya sendiri pada laporan keuangan.