Bisnis.com, JAKARTA - Dua merek Eropa yakni Lamborghini dan Bugatti bersaing dalam segmen supercar. Tidak hanya memiliki cara tersendiri dalam menggaet konsumen, dua merek tersebut ternyata juga memiliki filosofi desain kendaraan yang berbeda.
Lamborghini's SC18 Aventador adalah supercar unik yang dibuat dari selembar kertas kosong dari tangan desainer kepala Lamborghini Mitja Borkert dan pembeli anonimnya.
Maurizio Reggiani, Kepala Staf Teknis Lamborghini mengatakan model yang diluncurkan pada akhir tahun lalu, model itu menjadi salah satu kendaraan berharga jutaan dolar yang menjadi buruan kolektor dari berbagai penjuru dunia.
Sedangkan Bugatti, merek dari Volkswagen AG, juga membuat mobil bernilai jutaan dolar untuk para kolektor terkaya di dunia. Bugatti La Voiture Noire, yang memulai debutnya di Geneva Motor Show pada awal tahun ini, dibanderol dengan harya US$12,5 juta atau mempertahankan gelar Bugatti sebagai mobil termahal yang pernah dijual.
Model ini akan dikirimkan kepada pemiliknya yang juga dirahasiakan identitasnya pada akhir 2021.
Frank Heyl, Kepala Desain Eksterior Bugatti, mengatakan bahwa pasar untuk mobil-mobil custom memang sedang berkembang dan dia optimistis produk-produk Bugatti laku terjual.
Menurutnya, pihaknya memiliki cara tersendiri untuk terus menjaga loyalitas pelanggan.
Dia mencontohkan ketika Bugatti merilis Divo, tidak semua orang bisa membelinya kendati mereka memiliki dana yang cukup. Mereka harus memiliki Chiron - produk lain Bugatti - dahulu.
"[Bahkan] ada orang yang benar-benar membeli Chiron [dahulu] untuk mendapatkan Divo," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, pada Rabu (5/6/2019),
Hanya orang yang memiliki satu dari 500 mobil Chiron yang diundang untuk membeli Divo, lanjutnya. Jadi, itu menunjukkan seberapa kuat merek Bugatti di mata para pelanggannya yang banyak diisi kolektor.
Beda Perspektif Desain
Menanggapi perbedaan filosofi desain yakni Lamborghini yang memungkinkan pelanggan untuk membuat mobil mereka sendiri, Heyl mengatakan sebaliknya, yakni ide desain harus datang dari pihak merek atau desainer.
"[Jika] kami memiliki ide desain tertentu, kami akan berkata kepada pelanggan, 'apakah anda tertarik?'. Ada yang mengatakan 'ya', ada juga yang mengatakan 'tidak'," paparnya.
Alasannya, bila sepenuhnya memenuhi keinginan pelanggan, desainer harus benar-benar sempurna proses pengerjaannya. Bila terjadi sedikit kesalahan saja, maka justru hanya membuang-buang waktu sehingga tidak efektif dan efisien secara finansial bisnis. Baginya, bisnis juga harus berjalan sebagaimana mestinya.
Namun, dia tidak mengatakan bahwa pelanggan Bugatti tidak bisa memberi masukan untuk desain kendaraan yang sesuai dengan keinginan mereka.
"Misalnya keenam tailpipes di La Voiture Noire adalah bagian spesifik dari permintaan pelanggan," ujarnya.