Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Soroti Insentif Kendaraan Listrik yang Hanya Guyur BEV

Pakar otomotif mengingatkan bahaya jika hanya mengandalkan satu teknologi elektrifikasi
Pengunjung melihat pameran mobil di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat pameran mobil di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Tren elektrifikasi otomotif di Indonesia memiliki beragam opsi teknologi, di antaranya yakni battery electric vehicle (BEV), hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), hingga flexy fuel yang menggunakan bahan bakar nabati bioetanol.

Kendati demikian, sejauh ini, pemerintah hanya memberikan sejumlah insentif untuk mobil BEV. Salah satunya melalui Peraturan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 1/2024.

Ada dua insentif yang diberikan dalam beleid tersebut.

Pertama, bea masuk tarif 0% atas impor mobil listrik berbasis baterai dan kedua, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) atas penyerahan mobil listrik yang diproduksi lokal.

Sementara itu, teknologi elektrifikasi lainnya belum mendapatkan dukungan insentif dari pemerintah, seperti mobil hybrid hingga kendaraan flexy fuel berbahan bakar nabati bioetanol.

Pakar otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, tanpa diiringi dengan transisi energi, maka tren elektrifikasi menjadi riskan jika hanya memfokuskan ke satu teknologi, misalnya kendaraan listrik berbasis baterai.

"Sama seperti strategi investasi, jangan pernah memasukkan semua telur ke dalam satu keranjang. Sekali jatuh satu keranjang, habis semua. Nah, itu bahayanya kalau mengambil kebijakan yang homogen," ujar Yannes diskusi program Factory Hub di kanal YouTube Bisniscom, dikutip Selasa (26/11).

Bahkan, dia memberikan contoh di Norwegia, negara yang 83% kendaraan barunya sudah menggunakan BEV, namun tetap mengekspor minyak bumi ke negara-negara lain, sebagai bentuk kedaulatan energi negara tersebut.

“Tidak ada monolitik negara manapun. Bahkan, Norwegia yang 83% yang sudah menggunakan BEV, itu pemasukan terbesarnya masih dari minyak bumi yang diekspor," kata dia.

Alhasil, pemerintah juga dinilai perlu memberikan dukungan terhadap berbagai teknologi elektrifikasi lainnya selain BEV, sejalan dengan target nol emisi atau net zero emission pada 2060 mendatang.

"Ada biodiesel, kemudian, jangan lupa juga teknologi hydrogen combustion, nanti juga akan muncul. Kemudian, teknologi baterai masih banyak yang berkembang,” pungkas Yannes.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper