Bisnis.com, JAKARTA—PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia optismistis pelambatan ekonomi tak akan mengurangi kuantitas produksi tahun ini.
Direktur Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) I Made Dana Tangkas mengatakan, pihaknya memperkirakan jumlah produksi tahun ini di kisaran 209.000 unit. Proyeksi jumlah produksi tersebut menurutnya akan menyamai capaian pada tahun lalu.
Made optimistis produksi TMMIN tidak akan melorot seperti total produksi mobil di Indonesia. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, secara keseluruhan dalam delapan bulan pertama tahun ini produksi mobil mencapai 740.385 unit.
Volume produksi itu turun 15,7% dibandingkan aktivitas produksi periode sama tahun lalu yang mencapai 878.750 unit.
“Kami akan lihat pasar tiga bulan terakhir tahun ini bagaimana pasar itu akan bergerak. Tahun lalu kami produksi 209.000 tahun ini kemungkinan berkisar itu juga, produksi kami tak terganggu karena ekspor meningkat,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (5/10/2015).
Pada periode Januari-Agustus 2015, TMMIN sudah mengekspor kendaraan merek Toyota dalam bentuk utuh (CBU) mencapai 122.000 unit. Jumlah itu mengalami peningkatan sebesar 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 97.000 unit.
Made mengatakan, pihaknya selalu berusaha agar kontribusi produksi untuk pasar domestik dan ekspor dalam keadaan berimbang. Akan tetapi, lanjut dia, jika pasar dalam negeri terus melemah di sisa waktu tahun ini tak menutup kemungkinan peta produksi bisa berubah, lebih besar untuk kebutuhan ekspor.
Sebelumnya, penjualan di tataran domestik pada periode Januari-Agustus tahun ini menurun sekitar 19,1% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu. “Persentase kami masih 50% 50%, sejauh ini seperti itu. Tapi bisa saja ekspor lebih besar,” ujarnya.
Di sisi lain dia mengakui jika pelambatan ekonomi yang berimbas pada penjualan mobil dalam negeri membuat pihaknya harus melakukan efisiensi. Biasanya, saat demand tinggi overtime ditambah pada Sabtu dan Minggu.
Hal itu kini harus dipangkas, overtime harian maksimum dari dua jam pun bisa turun menjadi satu jam. Untuk menyikapi hal tersebut, Made mengutarakan pihaknya giat melakukan harmoni kerja dengan PT Toyota Astra Motor (TAM).
“TAM kan purna jual kuat, pasokan kami perkuat juga. Dari TMMIN kami dorong supaya perjalanannya cepat,” tuturnya.
Dia menambahkan, pihaknya pun fokus pada penaikan tingkat komponen dalam negeri untuk menyikapi nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. Pasalnya, jika tingkat komponen dalam negeri sedikit, saat rupiah melemah dan dolar menguat tentunya biaya yang dikeluarkan akan lebih besar.
Made mencontohkan, yang belum mampu dibuat di Indonesia seperti komponen elektronik, dan engine control unit (ECU) yang merupakan ‘otak’ sebuah kendaraan. Made mengklaim pihaknya ke depan akan terus mengembangkan pemasok komponen, bukan hanya tier satu tapi juga tier dua dan tiga.
Menurutnya, saat ini TMMIN disokong oleh sekitar 120 pemasok komponen tier satu. Sedangkan untuk pemasok komponen tier dua dan tiga pihaknya saat ini melibatkan sekitar 700 lebih industri.
Di sisi lain, Made menyebut, pihaknya pun akan meningkatkan pemakaian bahan baku lokal. Sebabnya, untuk mengatrol pemakaian kandungan dalam negeri harus pula dibarengi peningkatan bahan baku lokal.
“Seperti baja, alumunium resin, synthetic rubber padahal bahan bakunya ada semua di Indonesia. Dan ini menjadi solusi jangka panjang jika ekonomi kembali tidak stabil,” ucapnya.