Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menangkap Peluang Tren Global

Ekspor produk otomotif nasional kini boleh dikata semakin diandalkan dalam menopang perekonomian. Jika terjadi gangguan sekecil apapun yang dapat memperlemah kinerjanya situasi positif bisa berbalik membahayakan perekonomian negara.

Ekspor produk otomotif nasional kini boleh dikata semakin diandalkan dalam menopang perekonomian. Jika terjadi gangguan sekecil apapun yang dapat memperlemah kinerjanya situasi positif bisa berbalik membahayakan perekonomian negara.

Dengan upaya maksimal, ekspor otomotif Indonesia harus terus didorong dan dikebut hingga para pesaing di level regional tertinggal jauh.Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor kendaraan Indonesia masih didominasi oleh segmen station wagon yang pada semester I/2017 mencapai US$1 miliar.

Station wagon adalah mobil yang ruang bagasinya menyatu dengan ruang penumpang. Pada kategori tertentu, kendaraan segmen MPV dan SUV dapat dimasukkan dalam kelas ini.

Urutan terbesar kedua dari ekspor mobil Indonesia adalah segmen van, yang pada semester I/2017 mencapai US$259,1 juta. Adapun, urutan paling buncit diduduki oleh sedan senilai US$64,5 juta pada periode tersebut.

Dari sisi pemasaran dan ekspansi usaha, apakah segmen kendaraan yang diekspor Indonesia telah sejalan dengan permintaan pasar global?

Berdasarkan data JATO Dynamics, penjualan mobil penumpang pada kuartal I/2017 bertumbuh hampir 5% dibandingkan dengan periode yang sama 2016 dari 20,44 juta unit menjadi 21,24 juta unit.

Dari total penjualan tersebut, segmen sedan ternyata masih mendominasi penjualan meski bersaing lumayan ketat dengan segmen SUV. JATO membagi segmen sedan menjadi beberapa kelompok, yaitu B (sedan subkompak), C (sedan kompak), D (sedan menengah/midsize), E (sedan eksekutif/high), F (sedan luxury) dan sedan Sport.

Penjualan sedan kategori B di 10 pasar terbesar dunia pada kuartal I/2017 mencapai 1,83 juta unit, kategori C sebanyak 3,11 juta unit, D (1,51 juta unit), E (0,5 juta unit) dan Sport (0,13 juta unit). Dengan demikian, total penjualan sedan secara global di semua tipe berdasarkan 10 model dan pasar terlaris pada periode itu mencapai 7,08 juta unit.

Adapun, penjualan SUV global pada kuartal I/2017 mencapai 5,3 juta unit, lantas disusul segmen MPV yang hanya mencapai sekitar 1,7 juta unit. Negara-negara yang sangat lahap produk sedan di antaranya adalah China, Amerika Serikat (AS), Brasil, Jerman dan Inggris.

Sementara itu, pasar terbesar yang membabat mobil SUV dengan lahap, lagi-lagi adalah China dan AS, yang lantas disusul Inggris, Jerman dan Kanada. Indonesia termasuk empat besar pasar kendaraan segmen MPV global setelah China, Jepang dan Amerika.

Dari pemaparan data JATO Dynamics di atas, ternyata komposisi ekspor otomotif Indonesia masih berbanding terbalik dengan permintaan global yang cenderung mengarah ke segmen sedan dan SUV.

Kendala Pajak

Di dalam negeri, pemerintah mengklaim terus berupaya menggenjot kinerja ekspor kendaraan bermotor roda empat dan lebih. Sejumlah cara pun telah disiapkan untuk memuluskan rencana ini, baik dari sisi regulasi maupun insentif guna meningkatkan efisiensi produksi.

Dengan mengacu pada data BPS, kontribusi ekspor kendaraan bermotor diakui memang cukup besar. Namun, sejak lima tahun terakhir nilai ekspor otomotif terbilang fluktuatif. Di dalam negeri, ekspor kendaraan dari Indonesia diakui masih terbatas dilakukan oleh Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki serta beberapa brand lain tetapi dalam volume kecil.

Pemerintah mengakui masih menyusun skema pajak kendaraan pada segmen sedan sebagai salah satu upaya untuk mendorong ekspor. Ini lantaran sedan masih menjadi produk yang digandrungi pasar global.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyadari, pajak untuk sedan selama ini terbilang lebih mahal dibandingkan dengan segmen lain. Oleh karena itu, dengan peraturan baru yang akan dibahas bersama dengan Kementerian Keuangan, ada peluang supaya besaran pajak sedan tadi diturunkan.

Menangkap Peluang Tren Global

Menangkap Peluang Tren Global

Penyesuaian pajak ini otomatis akan berdampak pada penurunan harga jual. Jika harga lebih terjangkau, produsen akan lebih percaya diri meningkatkan produksi sedan di dalam negeri. Ujung-ujungnya, peluang Indonesia menjadi eksportir akan terbuka lebih lebar.

“Kami yakin potensi ekspor mobil semakin meningkat, salah satunya melalui harmonisasi tarif pajak untuk segmen sedan. Pasalnya di pasar internasional, permintaan sedan lebih banyak dibandingkan dengan segmen lain,” katanya.

Airlangga menambahkan, dalam mengembangkan industri otomotif nasional kebijakan pajak yang disusun pemerintah tidak akan lagi membedakan kategorisasi mobil menjadi dua kotak (pikap), mobil serbaguna (MPV dan SUV), dan mobil tiga kotak (sedan).

Kategorisasi akan berdasarkan pada fungsi dan emisi yang dikeluarkan. Kebijakan strategis tersebut diyakini akan mendorong penguatan struktur industri kendaraan di dalam negeri. Selain itu, langkah ini diharapkan dapat mengejar kuantitas dan nilai ekspor mobil yang dicapai oleh Thailand.

“Saat ini, produksi otomotif kita meningkat yang membuktikan daya beli masyarakat masih bertenaga,” ujarnya.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meyakini ekspor kendaraan akan terus meningkat sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian, produsen bisa lebih mantap untuk melakukan penambahan kapasitas produksi, perluasan destinasi ekspor, serta penambahan model baru untuk pasar global.

Dari sisi produksi, pada tahun ini industri otomotif nasional telah mencapai kapasitas sebanyak 2,2 juta unit. Namun, Gaikindo mengingatkan kepada pemerintah untuk segera melakukan penyesuaian pajak untuk sedan.

“Kalau mau ekspor kita meningkat [pajak] sedan harus disesuaikan. Segmen inilah yang menjadi pasar utama otomotif global. Ini yang sedang kami perjuangkan,” kata Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto.

Perluasan Pasar

Selain melakukan penyesuaian regulasi, pemerintah juga tengah berupaya untuk memperluas akses pasar ekspor kendaraan. Memang, kunci ekspor kendaraan masih dikendalikan sepenuhnya oleh pihak prinsipal.

Namun, Kementerian Perdagangan mengklaim terus melakukan penjajakan terhadap sejumlah pasar potensial. Adapun, salah satu negara yang tengah diincar oleh pemerintah adalah Australia. Apalagi, saat ini Indonesia masih melakukan proses perundingan perjanjian perdagangan dengan negara tersebut.

Australia menjadi faktor cukup penting dalam memperluas ekspor otomotif nasional karena sampai saat ini Australia tidak memiliki pabrik atau manufaktur otomotif.

Di samping itu, hal penting lain yang menjadi pertimbangan adalah lantaran beberapa prinsipal otomotif global telah menyatakan angkat kaki dari Negeri Kanguru itu. Tanpa adanya pabrik perakitan mobil di sebuah negara, tentu saja pasokan kendaraan di negara tersebut menjadi sangat bergantung pada wilayah-wilayah lain.

Selain Australia, negara-negara di kawasan Pasifik lainnya seperti Selandia Baru juga juga berpeluang untuk dijajaki.

Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga, Tantowi Yahya kepada Bisnis mengatakan bahwa peluang ekspor mobil ke Selandia Baru sangat terbuka dan menjanjikan kendati negara tersebut memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil.

“Kijang Innova yang menjadi the best MPV juga perlu menjajal peluang masuk ke Selandia Baru. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar semua memenuhi standar internasional yang telah ditentukan, termasuk tingkat emisi gas buangnya,” tutur Tantowi.

Semua peluang kerja sama yang berkaitan dengan ekspor kendaraan inilah yang coba dimanfaatkan oleh pemerintah melalui perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).

Dalam sebuah pertemuan bilateral dengan jajaran Kementerian Perdagangan Australia beberapa waktu lalu, Indonesia mengajukan tawaran yakni dengan menyeimbangkan tarif perdagangan produk otomotif dengan produk pertanian.

“Kalau mereka tidak mau memberikan tarif 0% untuk sektor pertanian, kami juga tidak mau memberikan 0% untuk manufaktur,” kata Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo.

Iman menambahkan, untuk sektor otomotif yang menjadi tantangan adalah kemampuan Indonesia dalam merayu pihak prinsipal untuk memperluas akses pasar. “Kami tidak tahu bagaimana kebijakan Jepang tentang ekspor mobil di Australia. Namun, yang jelas tarif otomotif menjadi pembahasan di IA-CEPA,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : MediaDigital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper