Bisnis.com, JAKARTA – Sistem kendaraan nirawak atau otonom (autonomous vehicle) yang akan diterapkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap mengurangi kecelakaan akibat faktor kesalahan manusia. Meski begitu, terdapat keunggulan dan kelemahan.
Dikutip dari buku Agus Tjahajana Wirakusumah dengan judul "Industri Otomotif untuk Negeri; Menjadi Pemain Utama Era Mobil Listrik", otoritas jalan raya AS (NHTSA) mencatat teknologi automasi diharapkan mampu mengikis jumlah kecelakaan yang lebih dari 90 persen disebabkan faktor kesalahan manusia.
“Di sisi lain, kecelakaan kendaraan merupakan satu dari beberapa kasus kematian paling besar di dunia. Pada 2020 dari seluruh kejadian kecelakaan di dunia, sedikitnya 5 juta orang tewas serta 50 juta orang menderita cacat berat,” tulis buku tersebut seperti dikutip bisnis.com, Sabtu (21/5/2022).
Teknologi automasi, terang Agus dalam bukunya, berkemampuan menghindari kendaraan melanggar marka jalan, mengatur kecepatan sesuai aturan, hingga memastikan risiko terkecil jika terjadi benturan.
“Sejauh ini, teknologi tersebut masih terus dikembangkan meskipun telah terdapat beberapa produk, seperti misalnya yang diproduksi Tesla. Kecanggihan kemudi automasi ini mengandalkan jauh lebih besar keandalan AI [artificial intelligence],” jelasnya.
Di sisi lain, kendaraan nirawak memiliki kelebihan dan kelemahan. Dari sisi keuntungan, pada dasarnya teknologi kendali automasi memiliki visi untuk mengikis jumlah korban kecelakaan jalan raya.
Sebagian besar kecelakaan tersebut dipicu kelalaian pengemudi yang menyebabkan korban tidak saja sesama kendaraan, seringkali pula membuat teror bagi pengguna pedestrian.
Baca Juga
Selain itu, teknologi kendali automasi diharapkan bisa merealisasikan kesesuaian cara berkendara dengan kondisi umum jalan dan kesesuaian rambu lalu lintas.
Dengan begitu, kemacetan jalan raya yang memboroskan energi bahan bakar serta anggaran subsidi bahan bakar bisa dikendalikan.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan yang masih menjadi tantangan pengembangan teknologi ini. Salah satu yang menjadi problem utama adalah tingkat keamanan perangkat.
Teknologi automasi saat ini lebih banyak mengandalkan digitalisasi, pelibatan fungsi AI, serta konektivitas antar kendaraan.
Semua sistem tersebut mengandalkan interkoneksi serta saling silang data yang dihimpun komputer. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa teknologi kendali automasi akan sangat rentan dengan aksi kriminal khususnya teror peretasan.
Selain itu, dibutuhkan masa yang panjang untuk pengembangan keandalan data serta perangkat. Situasi jalan raya pun lebih kompleks dengan populasi kendaraan yang cukup banyak. Hal tersebut akan sangat berisiko jika distribusi data real time terkendala.
“Keandalan perangkat serta kesesuaian antarproduk satu dengan yang lainnya maupun dengan teknologi jalan raya merupakan problem yang sangat kompleks untuk menciptakan keandalan kendali automasi pada mobil,” terang Agus.