Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tesla dan BYD Semakin Dominan di Pasar Mobil Listrik China, Pemain Menciut

Empat pemain mobil listrik teratas menguasai 60 persen penjualan mobil listrik di China. BYD dan Tesla merupakan pemegang pangsa terbesar.
Pengunjung melihat-lihat mobil Tesla Model 3 di samping Model Y yang dipajang di showroom Tesla di Beijing, China, 4 Februari 2023./Reuters-Florence Lo
Pengunjung melihat-lihat mobil Tesla Model 3 di samping Model Y yang dipajang di showroom Tesla di Beijing, China, 4 Februari 2023./Reuters-Florence Lo

Bisnis.com, JAKARTA - China mengalami pertumbuhan pesat dalam industri kendaraan listrik, tetapi dominasi pasar saat ini hanya terpusat pada dua merek, BYD dan Tesla. Sebaliknya, merek-merek lain perlahan menyerah di pasar otomotif terbesar dunia itu.

Dikutip Bloomberg pada Selasa (27/6/2023), berdasarkan hitungan indeks Herfindahl-Hirschman pasar kendaraan listrik di China mulai terkonsentrasi pada awal tahun ini terhadap BYD dan Tesla. Pasalnya, kedua merek ini telah memperkuat eksistensi dari sisi manufaktur dan kinerja penjualan baik domestik maupun global.

Analis otomotif dari 86Research Ltd yang berbasis di Shanghai Wang Hanyang mengatakan menyampaikan sebanyak 80 persen perusahaan electric vehicle/EV baru telah memutuskan keluar dari pasar kendaraan listrik.

"80 persen startup kendaraan energi baru, jika kita menghitung semua dari awal subsidi, telah keluar atau sedang keluar dari pasar," katanya.

Tekanan semakin meningkat seiring dengan pemain dominan memperkuat posisi, dengan empat pemain teratas meningkat menjadi 60 persen pada kuartal pertama 2023. Sedangkan, perusahaan mobil baru terkendala dalam menggaet pasar. 

Meskipun China memperpanjang keringanan pajak bagi konsumen yang membeli kendaraan energi baru hingga tahun 2027, semua tanda menunjukkan bahwa pemerintah tidak akan terus mendukung produsen mobil yang mengalami kesulitan. 

Pasalnya, menurut pejabat Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Xin Goubin menyebutkan regulasi pemerintah akan membuat merek yang bertahan hidup menjadi kompetitif secara internasional. 

Misalnya, BYD, yang didukung oleh Berkshire Hathaway Inc. milik Warren Buffett, telah melihat dominasinya meningkat selama dua tahun terakhir. Lebih dari sepertiga kendaraan energi baru yang terjual di China saat ini berasal dari perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini.

Keberhasilannya bahkan menggeser pemain kedua di pasar, Tesla, yang secara perlahan kehilangan pangsa pasar selama dua tahun terakhir sebelum mencapai terobosan pada kuartal pertama. Sekarang perusahaan tersebut siap untuk mendapatkan sekitar 11 persen dari pangsa pasar, sehingga dua pemimpin tersebut menguasai hampir separuh pasar.

Sementara itu, beberapa perusahaan terkemuka di industri ini telah menghilang dengan senyap. Banyak kendaraan listrik awal dibangun terutama untuk memenuhi syarat subsidi dan persyaratan regulasi.

JSC Automotive Jochen Siebert mengatakan mobil-mobil yang tidak bertahan lama disebut mobil regulasi, sehingga kendaraan yang sebagian besar dijual kepada armada dan dirancang untuk memenuhi aturan konsumsi bahan bakar dan mendapatkan kredit energi baru serta subsidi lainnya. 

Ambil contoh, Zhidou Electric Vehicles Co., sebuah produsen yang berbasis di Ninghai yang dulunya didukung oleh Zhejiang Geely Holding Group milik Li Shufu, menjual total sekitar 100.000 kendaraan dengan jangkauan berkendara serendah 62 mil antara 2015 dan 2017. Produsen mobil mikro tersebut dengan cepat kehilangan momentum setelah China mengakhiri subsidi untuk kendaraan listrik.

Demikian pula, Beijing Electric Vehicle Co., divisi kendaraan listrik dari BAIC Motor Corp. yang memimpin penjualan mobil listrik murni selama lebih dari lima tahun dengan menargetkan operator armada, mulai melaporkan kerugian setelah subsidi turun. 

Terakhir, Byton Ltd., yang didirikan oleh mantan manajer BMW AG, harus menghentikan produksi sebelum mengirimkan mobil pertamanya, sementara Zhiche Youxing Technology Shanghai Co. yang awalnya berencana untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Star China pada 2019 dinyatakan hampir bangkrut pada 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper