Bisnis.com, TANGERANG — Pemerintah belum mempunyai solusi pasti terkait potensi kelangkaan pasokan semikonduktor seiring larangan ekspor bahan baku galium dan germanium oleh China.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan langkah China yang membatasi ekspor untuk sejumlah produk galium dan germanium dilakukan seiring adanya perlambatan perekonomian.
Agus pun merujuk pada data Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur yang menunjukkan China berada dalam zona kontraksi di level 49,2.
“Memang industrinya [China] lagi kontraksi. Jadi, ini mungkin masalah kebutuhan dan ekspornya mereka juga menurun,” ujar Agus di ICE BSD, Tangerang pada Kamis (10/8/2023).
Dia menyebut pemerintah sedang berupaya mencari bahan baku lainnya yang digunakan untuk produksi semikonduktor.
“Semikonduktor sekarang lagi kita upayakan ya. Bahan bakunya nanti kan ada macam-macam,” tuturnya.
Baca Juga
Galium dan germanium merupakan dua bahan baku yang sering digunakan sebagai material cip semikonduktor untuk peralatan elektronik, dan juga perangkat produk otomotif, terutama bagi unit mobil listrik.
Sementara China merupakan produsen global terbesar untuk germanium dan galium dengan rincian pasokan germanium sekitar 67 persen dari global, sedangkan untuk galium sekitar 86 persen berdasarkan data dari US Geological Survey tahun 2022.
Data asosiasi industri Eropa Critical Raw Materials Alliance (CRMA) menunjukkan produksi China untuk galium mencapai sekitar 80 persen galium, dan germanium sekitar 60 persen.
Kementerian Perdagangan China sebelumnya mengatakan dalam pembatasan ini para eksportir perlu mengajukan izin ekspor untuk barang dan teknologi penggunaan ganda yang memiliki potensi aplikasi militer dan sipil.
China pun mengumumkan adanya pembatasan ekspor delapan produk galium dan enam germanium dengan alasan keamanan nasional pada awal Juli 2023.