Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Sejumlah pelaku industri otomotif pun khawatir kebijakan itu berisiko menggerus penjualan mobil.
Pasalnya, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk tetap menaikkan tarif PPN menjadi 12%, tetapi khusus untuk produk tertentu yang tergolong barang mewah.
Sejatinya, barang mewah telah dikenakan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang tarifnya ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. Dengan kebijakan PPN 12%, artinya para orang kaya yang membeli barang mewah perlu membayar lebih untuk barang atau jasa tersebut.
Di lain sisi, pemerintah Vietnam justru resmi memperpanjang kebijakan pengurangan PPN dari 10% menjadi 8% hingga akhir Juni 2025. Hal itu juga berpotensi mendorong penjualan mobil di Vietnam.
Mengutip Kantor Berita Vietnam News Agency (VNA) pada Rabu (11/12/2024), perpanjangan pemotongan PPN ini dilakukan setelah Majelis Nasional Vietnam menyetujui resolusi perpanjangan kebijakan tersebut pada 30 November 2024 lalu. Kebijakan pemangkasan PPN ini semula akan berakhir pada 31 Desember 2024.
Dalam resolusi tersebut, barang dan jasa yang dikenakan tarif pajak 10% akan terus menikmati tarif 8% selama enam bulan ke depan. Pengurangan PPN akan berlaku secara seragam di semua tahap—impor, manufaktur, pemrosesan, dan perdagangan—untuk barang dan jasa yang memenuhi syarat.
Baca Juga
Lantas, Bagaimana Perbandingan Penjualan Mobil di RI dan Vietnam?
Mengacu data Vietnam Automobile Manufacturers Association (VAMA), penjualan mobil di Vietnam pada Oktober 2024 tembus 35.114 unit, atau mengalami kenaikan 9,65% secara month-to-month (MtM) dibandingkan September 2024 sebanyak 32.023 unit.
Angka itu merupakan gabungan dari penjualan mobil penumpang, truk, bus, kendaraan niaga, hingga mobil hybrid.
Sementara itu, sepanjang Januari-Oktober 2024, penjualan mobil di Vietnam mencapai 228.968 unit atau naik 7,2% secara year-on-year (YoY) dibandingkan periode sama 2023 sebesar 213.588 unit.
Vietnam pun tercatat mengimpor kendaraan dari Indonesia sebanyak 57.693 unit sepanjang 10 bulan 2024. Nilai importasinya sebesar US$843,73 juta atau sekitar Rp13,49 triliun (asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS).
Sementara itu di Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil secara wholesales sebanyak 77.191 unit pada Oktober 2024. Angka itu mengalami penurunan 3,9% YoY dibandingkan Oktober 2023 sebesar 80.350 unit.
Di lain sisi, angka penjualan mobil secara ritel atau dari diler ke konsumen sebesar 73.443 unit pada Oktober 2024, atau ambles 7,6% dibandingkan Oktober 2023 sebanyak 79.446 unit.
Adapun, sepanjang Januari - Oktober 2024, total penjualan secara wholesales di Indonesia tercatat sebesar 710.406 unit atau turun 15% YoY dari periode sama 2023 sebesar 836.128 unit.
Sementara itu, penjualan ritel juga turun 11,5% YoY menjadi 730.637 unit pada periode 10 bulan 2024, dibandingkan 825.692 unit pada periode yang sama 2023.
Kendati secara volume penjualan mobil di Indonesia jauh lebih besar dari Vietnam, namun sejatinya penjualan mobil di Vietnam mengalami pertumbuhan secara tahunan. Sementara penjualan mobil di Indonesia ambles hingga dobel digit dibandingkan tahun sebelumnya.