Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volvo Berencana Ekspansi Produksi di AS Demi Hindari Tarif Trump

Volvo membutuhkan waktu 2 tahun untuk menggenjot produksi di AS demi menghindari beban tarif Trump.
Kendaraan Chevrolet dan Volvo baru di Dundalk Marine Terminal di Pelabuhan Baltimore di Baltimore, Maryland, AS, pada Kamis, 6 Maret 2025./Bloomberg-Nathan Howard
Kendaraan Chevrolet dan Volvo baru di Dundalk Marine Terminal di Pelabuhan Baltimore di Baltimore, Maryland, AS, pada Kamis, 6 Maret 2025./Bloomberg-Nathan Howard

Bisnis.com, JAKARTA – Volvo Cars, produsen mobil asal Swedia yang kini dimiliki oleh perusahaan otomotif China Geely, membutuhkan waktu hingga 2 tahun untuk memperluas kapasitas produksi di Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap tarif impor yang tinggi dari pemerintahan AS.

Chief Executive Officer (CEO) Volvo Hakan Samuelsson mengungkapkan bahwa strategi ekspansi produksi di Negeri Paman Sam merupakan langkah penting untuk menghindari beban tarif yang dikenakan pemerintah AS di bawah kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Volvo saat ini menjadi salah satu produsen yang paling terdampak oleh kebijakan tarif tersebut. Pasalnya, sebagian besar model kendaraan listrik dan hibrida Volvo untuk pasar Amerika masih diimpor dari Eropa.

“Dalam jangka pendek, dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun, kami akan fokus menjual mobil-mobil yang kami miliki,” ujar Samuelsson mengutip Reuters, Senin (14/4/2025).

Dia menambahkan bahwa kondisi ini akan memberikan tekanan terhadap margin keuntungan perusahaan, di lain sisi konsumen juga akan menghadapi kenaikan harga.

Samuelsson juga menyebutkan bahwa menjual mobil buatan Eropa di AS dengan beban tarif 27,5% tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Sementara itu, opsi mengimpor kendaraan dari China juga dianggap tidak memungkinkan lantaran tarif yang jauh lebih tinggi terhadap produk dari Negeri Tirai Bambu.

Dengan kondisi tersebut, Volvo memprioritaskan strategi jangka menengah untuk menguatkan basis produksinya di Amerika Serikat, meskipun prosesnya tidak dapat dilakukan secara instan.

Menurutnya, langkah ini dinilai menjadi jalan keluar paling realistis, mengingat ketegangan dagang antara AS dan sejumlah negara produsen otomotif masih berlangsung dan berpotensi berlanjut.

Samuelsson sebelumnya juga sempat mengatakan bahwa Volvo Cars telah memulai upaya peningkatan kapasitas produksinya di AS sebagai bagian dari respons atas kebijakan tarif tersebut.

Hingga saat ini, belum ada kepastian apakah pemerintah AS akan melonggarkan kebijakan tarif terhadap kendaraan dan suku cadang impor. Namun, banyak pelaku industri termasuk Volvo sudah mulai mengambil tindakan preventif untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan bisnis mereka di pasar otomotif terbesar dunia itu.

Saat ini, Volvo tengah fokus di segmen kendaraan ramah lingkungan. Misalnya, untuk model battery electric vehicle (BEV) ada Volvo EX30, Volvo EX40 dan Volvo EC40, sementara untuk model plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) yakni Volvo XC90 hingga Volvo S60.

Adapun, Volvo memiliki pabrik manufaktur di AS, tepatnya di kota Charleston, Carolina Selatan, yang mulai beroperasi sejak 2018. Ini merupakan fasilitas produksi pertama Volvo di AS, yang memperkuat kehadiran global perusahaan di Eropa, Asia, dan Amerika Utara. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper