Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantangan Adopsi EV RI menurut Ketum Periklindo Moeldoko: dari SPKLU hingga TKDN

Ketum Periklindo Moeldoko mengungkapkan tantangan adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) mengungkapkan sejumlah tantangan dalam adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

Ketua Umum Periklindo Moeldoko mengatakan tantangan pertama yakni jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia yang masih terbatas.

Namun, menurutnya, seiring dengan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik di Indonesia, maka berpotensi menarik minat investor di bidang SPKLU untuk berinvestasi di Tanah Air.

"Tetapi saya yakin, melihat penjualan mobil listrik yang semakin deras juga akan merangsang dan menstimulasi para investor di bidang SPKLU untuk segera masuk ke bisnis ini. Kalau tidak, mereka bisa terlambat,” ujar Moeldoko dikutip Minggu (4/5/2025).

Selanjutnya, menurutnya pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia juga menghadapi risiko terkait rencana pemerintah yang ingin melonggarkan aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

Wacana pelonggaran TKDN itu mencuat usai Presiden Prabowo Subianto meminta kepada jajaran kementerian/lembaga untuk merevisi aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih fleksibel dan realistis guna meningkatkan daya saing.

“Berikutnya adalah ketersediaan dan standarisasi komponen lokal. Ini juga menjadi tantangan kita. Mudah-mudahan, ketentuan mengenai TKDN yang fleksibel justru bisa merangsang pertumbuhan ini. Jangan sampai produk-produk dalam negeri malah merasa semangatnya menurun,” ujar Moeldoko.

Tantangan berikutnya, menurut Moeldoko yakni penguatan sumber daya manusia industri. Indonesia perlu menyiapkan tenaga kerja yang siap mengadopsi dan mengembangkan teknologi di bidang kendaraan listrik (EV). 

“Saat ini banyak permintaan tenaga ahli EV dari Eropa, tetapi kita belum bisa mengirimkan. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri EV di Indonesia sangat tinggi, namun kita belum memiliki vokasi yang fokus pada EV. Ini adalah tantangan serius, agar kita tidak kehilangan kesempatan kerja di masa depan,” katanya.

Alhasil, Periklindo telah mulai memikirkan bagaimana sertifikasi dan standarisasi bagi tenaga kerja yang terlibat dalam vokasi EV. Dia mengatakan, Periklindo sudah melakukan banyak diskusi mengenai hal ini dan akan segera dimatangkan dalam waktu dekat.

Terakhir, Moeldoko mengatakan pentingnya sinkronisasi kebijakan dari pemerintah agar insentif kendaraan listrik dapat berjalan dengan efektif dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia.

“Berikutnya adalah perlunya sinkronisasi kebijakan lintas kementerian agar insentif dan dukungan dapat berjalan secara efektif. Saya sering menyampaikan bahwa perlu ada insentif dari pemerintah, baik fiskal maupun non-fiskal,” jelasnya.

Menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik BEV pada Maret 2025 tembus 8.835 unit. Angka itu melesat 70,46% secara bulanan, dibandingkan Februari 2025 sebanyak 5.183 unit.

Sementara itu, sepanjang periode Januari-Maret 2025, penjualan mobil listrik murni tercatat sebanyak 16.535 unit. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper