Bisnis.com, JAKARTA—Berupaya memperluas cakupan pasar ekspor kendaraan bermotor adalah yang bagus. Tapi, bukan berarti tak merajai seluruh market potensial lantas menjadi rapor merah industri otomotif RI.
Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Publik, Fiskal, dan Moneter Hariyadi Sukamdani berpendapat Indonesia tak harus menguasai pasar ekspor Amerika atau Eropa. Sebab, nantinya pasar otomotif yang diproyeksikan terus mengalami pertumbuhan justru Asia.
Itu sejalan dengan prognosis Frost & Sullivan tahun lalu bahwa pasar otomotif Asean akan tumbuh 5,8% secara compound annual growth rate (CAGR) 2012-2019 atau menjadi 4,71 juta pada 2019. Kondisi ini terdorong pesatnya perkembangan pasar di Indonesia dan Thailand.
Rendahnya tingkat motorisasi di kawasan Asia Tenggara menawarkan potensi pertumbuhan yang kuat bagi pasar otomotif. Pada sisi lain, bagi wilayah dengan tingkat motorisasi yang tinggi seperti di Eropa Barat dan Amerika Selatan, Asia menjadi pengganti pasar yang sudah jenuh.
“Idealnya memang basis produksi di sini. Ada pasar bebas Asean atau atau tidak, industri otomotif Asean akan tetap tumbuh karena pasarnya membesar. Untuk itu, kita harus bisa memberi kondisi investasi yang nyaman,” ucap Hariyadi kepada Bisnis, Minggu (20/4/2014).
Jelang pasar bebas antarnegara anggota Asean pada 2015 investasi di sektor otomotif perlu digenjot. Bentuknya dapat berupa pembangunan pabrik baru, perluasan fasilitas eksisting hingga pemasaran produk khusus untuk konsumen domestik.
Investasi yang mayoritas datang dari produsen asal Negeri Sakura itu diharapkan turut merangsang industri penunjang otomotif. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan 500 investasi baru di industri komponen antara 2012 - 2017.
Jumlah tersebut berlaku untuk kegiatan produksi semua jenis mobil tak hanya pengembangan program KBH2. Setiap proyek baik pembangunan pabrik komponen baru maupun ekspansi yang lama menelan anggaran antara US$10 – US$20 juta, total sekitar US$10 miliar.
Sebelumnya, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi menyatakan sejak akhir 2012 hingga awal 2014 terealisasi sekitar 100 investasi pabrik komponen otomotif baru. “Ditambah sekitar 200 investasi perluasan atau penambahan peralatan produksi,” kata dia.
Kendati investasi tersebut hadir tak semata untuk LCGC, program ini diakui berkontribusi besar di dalamnya. Sebab, seluruh peserta LCGC wajib melokalisasi sedikitnya 80% kegiatan produksi. Komponen yang harus dipasok dari domestik terutama teknologi mesin, transmisi, dan axle (power train).