Langkah pemberian diskon besar-besaran bukannya tidak mungkin menjadi strategi utama diler untuk menguras stok kendaraan yang ada. Namun, untuk kondisi saat ini, strategi tersebut belum tentu ampuh karena depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang makin mencemaskan dan membuat daya beli masyarakat konsumen menurun.
Selain itu, tidak semua konsumen mau membeli barang stok meski mendapat diskon yang besar dari diler. Konsumen lebih baik menunggu untuk membeli mobil dengan tahun kehadiran terbaru karena pertimbangan bisa mendapat depresiasi harga yang lebih rendah ketika ingin dijualnya kembali. Maklum, karakteristik konsumen Indonesia masih menjadikan mobil sebagai salah satu sarana investasi.
Bisa dipastikan, kondisi tersebut akan membebani diler dan APM karena biaya yang ditanggung mereka akan meningkat. Kondisi perlu diwaspadai agar dampak negatif bisa dihindari, terutama terhadap konsumen karena kualitas dan kuantitas layanan purnajual yang diperoleh tidak optimal karena berkurangnya anggaran diler maupun ATPM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel