Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Otomotif Astra Cetak Laba Bersih Rp3,9 Triliun

Grup bisnis otomotif Astra International memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp3,9 triliun di sepanjang semester pertama tahun ini. Capaian itu mengalami kenaikan 13% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
/Ist
/Ist

Bisnis.com, JAKARTA - Grup bisnis otomotif Astra International memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp3,9 triliun di sepanjang semester pertama tahun ini. Capaian itu mengalami kenaikan 13% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto mengatakan penjualan otomotif mengalami sedikit peningkatan yang sebagian besar ditopang oleh peluncuran model baru yang turut berdampak positif terhadap marjin.
Adapun penjualan mobil secara nasional meningkat sebesar 1% menjadi 532.000 unit.


"Kendati demikian, kami berharap kinerja dari bisnis pembiayaan konsumen dan otomotif masih solid," kata Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto.



"Penjualan nasional mobil Astra naik 4% menjadi 273.000 unit, yang menyebabkan peningkatan pangsa pasar dari 50% menjadi 51%. Selama periode ini [Januari-Juni 2016], grup telah meluncurkan enam model baru dan lima model revamped," kata Prijono Sugiarto, Jumat (29/7/2016).

Di sektor bisnis kendaraan roda dua, penjualan PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami kenaikan 1% menjadi 2,2 juta unit, sehingga pangsa pasar AHM meningkat dari 67% menjadi 73%. "AHM telah meluncurkan tiga model baru dan tujuh model revamped".

Dia mengemukakan bisnis komponen grup melalui Astra Otoparts, membukukan laba bersih Rp152 miliar dengan peningkatan pendapatan dari bisnis pasar pabrikan otomotif (Original Equipment Manufacturer/OEM), after market dan segmen ekspor yang sebagian besar diimbangi oleh biaya operasional yang lebih tinggi dan kerugian selisih kurs pada perusahaan-perusahaan asosiasi.

Pendapatan bersih konsolidasian Astra pada semester pertama ini turun 5% menjadi Rp88,2 triliun, sementara laba bersih turun 12% menjadi Rp7,1 triliun.

“Tantangan pada semester pertama tahun ini yang berasal dari pelemahan harga komoditas dan permintaan terhadap alat berat, penurunan volume bisnis kontraktor pertambangan dan peningkatan kredit bermasalah di Permata Bank masih akan dirasakan hingga akhir tahun. Kendati demikian, kami berharap kinerja dari bisnis pembiayaan konsumen dan otomotif masih solid," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yusran Yunus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper