Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kecil Pemasok Otomotif Sulit Hadapi Otomasi

Pelaku industri komponen skala usaha kecil menengah mengaku bakal kesulitan menghadapi era automasi yang diusung industri 4.0. Pasalnya, automasi menuntut investasi baru yang tidak sedikit.
Truk -  Warehouse Hino Banjarmasin dengan area yang lebih luas hingga 800 meter persegi mampung menampung lebih dari 2000 suku cadang. /hino
Truk - Warehouse Hino Banjarmasin dengan area yang lebih luas hingga 800 meter persegi mampung menampung lebih dari 2000 suku cadang. /hino

Bisnis.com, JAKARTA-- Pelaku industri komponen skala usaha kecil menengah mengaku bakal kesulitan menghadapi era automasi yang diusung industri 4.0. Pasalnya, automasi menuntut investasi baru yang tidak sedikit.

Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia Wan Fauzi mengatakan, industri 4.0 merupakan suatu yang niscaya karena tren global bergerak ke arah automasi. Investasi yang cukup besar membuat pelaku komponen otomotif usaha kecil menengah (UKM) masih menunggu perkembangan permintaan komponen dari pabrikan.

"UKM belum banyak yang masuk ke industri 4.0. Dilema juga di investasi karena cukup besar. UKM belum mau karena merasa kalau permintaan meningkat masih bisa tingkatkan kapasitas produksi," ujarnya kepada Bisnis.

Wan Fauzi menjelaskan, investasi untuk menggunakan satu robot yang menggantikan tenaga manusia sekitar Rp500 juta. Dari sisi kualitas, untuk produksi masal, penggunaan robot membuat kualitas dan produktivitas lebih baik.

Pertimbangan lain UKM belum masuk ke automasi ialah permintaan dari pabrikan otomotif yang diproyeksi masih akan sama dengan tahun lalu. Tambah lagi, harga komponen yang dipasok ke pabrikan saat ini makin kompetitif dengan kehadiran pelaku komponen otomotif asal China.

"Kalau kami memang lihat dulu, tapi memang tuntutan lari ke automasi. Pengerjaan manual pelan-pelan ditinggalkan. Tergantung teman-teman UKM mau investasi atau tidak," tambahnya.

Seperti diketahui otomotif menjadi salah satu sektor yang didorong oleh Kementerian Perindustrian untuk menerapkan Revolusi Industri 4.0. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan produksi otomotif yang kemudian bisa bersaing untuk ekspor.

Wan Fauzi menambahkan, sangat sulit untuk berbicara komponen lokal dengan material lokal. Pasalnya, UKM juga harus melakukan menggunakan material impor untuk beberapa komponen yang tidak diproduksi di dalam negeri ataupun produk dalam negeri tidak memenuhi standar yang diminta pabrikan.

Tambah lagi, anggota PIKKO juga belum banyak menyadari pentingnya menyatukan data kebutuhan sehingga bisa diimpor dalam skala besar. Impor dalam skala cukup besar lebih menguntungkan karena telah terdapat ketetapan bea masuk 0% untuk komponen kendaraan bermotor.

Menurutnya, kesempatan yang cukup terbuka bagi UKM komponen otomotif ialah kehadiran banyak pemain baru pada kendaraan listrik khususnya pemain lokal. Pasalnya, selain baterai dan sistem penggerak, hampir semua komponen kendaraan sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

"Kalau mobil konvensional kan mesin, kalau listrik itu baterai dan semua yang lain di dalam negeri sudah bisa buat. Tinggal pemerintah dukung untuk penyediaan alat pengisian daya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper