Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Trump 19%: Daya Saing Industri Komponen Otomotif Akan Diuji

Tarif resiprokal Trump ke Indonesia yang turun menjadi 19% menjadi angin segar bagi industri komponen otomotif Tanah Air
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal

Bisnis.com, JAKARTA Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menurunkan tarif impor untuk Indonesia menjadi 19%, dari sebelumnya 32% membuat pelaku industri komponen otomotif bernapas lega. 

Pasalnya, tarif impor untuk Indonesia itu merupakan yang paling rendah dibandingkan negara-negara lainnya, terutama di kawasan Asean, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri komponen otomotif RI di kancah internasional.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmat Basuki mengatakan, ekspor komponen industri otomotif ke AS senilai US$1 miliar sepanjang 2024, nilai ekspor itu terbesar ke-2 setelah Jepang. 

Menurutnya, dengan diturunkannya tarif untuk Indonesia sebesar 19%, maka industri komponen Tanah Air mampu bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. 

"Kami hanya usul ke Kementerian terkait, kalau bisa tarif ke AS terendah di Asean. Dari 32% ke 19% sudah cukup bagus, dan kemungkinan kita masih mampu bersaing dengan negara Asean lainnya," ujar Basuki kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).

Lebih lanjut dia mengatakan, industri komponen otomotif telah mengekspor ke lebih dari 100 negara. Terbesar yaitu Jepang, AS, Malaysia, dan Korea Selatan. Sementara itu Uni Eropa, Timur Tengah dan Afrika relatif kecil. 

"Selain negara-negara tersebut, kita juga menggalakan ekspor ke Amerika latin dan Karibia yang pasarnya juga cukup besar seperti Brasil, Meksiko dan lain-lain," katanya.

Basuki pun memprediksi jika kinerja ekspor industri otomotif ke AS pada tahun ini akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. "Kalau dilihat inflasi AS yang terus naik, kemungkinan sedikit di bawah US$1 miliar untuk tahun 2025," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, keputusan ini diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump usai mencapai kesepakatan bilateral dengan Indonesia, menyusul negosiasi intensif antara kedua negara.

Penurunan tarif ini terjadi setelah Presiden RI Prabowo Subianto turun tangan langsung dalam proses perundingan dengan Trump. Keduanya disebut telah menjalin komunikasi diplomatik untuk meredakan ketegangan dagang yang sempat menguat dalam beberapa pekan terakhir.

Trump mengatakan, hasil perundingan ini menguntungkan bagi AS, karena barang-barang ekspor dari Negeri Paman Sam tidak dikenai pajak oleh Indonesia. 

"Mereka membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih mengutip Bloomberg, Rabu (16/7/2025). 

Secara regional, tarif 19% terhadap Indonesia menjadi salah satu yang terendah dibandingkan negara Asia lainnya. Produk dari Vietnam, misalnya, kini dikenai tarif 20% setelah sebelumnya mencapai 46%. Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan masing-masing dikenai tarif 25%, sementara Thailand dan Kamboja bahkan harus membayar hingga 36%.

Kinerja Ekspor Komponen Otomotif RI

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ke AS untuk kategori kendaraan bermotor dan komponen otomotif (HS 87) serta HS 98 (incompletely knocked down/IKD) tembus sebesar US$97,69 juta pada Januari-Mei 2025.

Secara terperinci, ekspor kendaraan dan komponen otomotif yang tertera pada HS 87 sebesar US$97,64 juta, sedangkan kategori HS 98 senilai US$55.593.

Dari sudut pandang pelaku industri, emiten komponen otomotif milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) tengah mengatur ulang strategi, usai Indonesia dikenakan tarif impor 19% dari AS.

Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengatakan perseroan tengah berkomunikasi dengan pelanggan di AS untuk membahas dampak tarif.

"Terkait dengan kebijakan tarif resiprokal, saat ini kami masih melakukan perhitungan secara menyeluruh dan berkoordinasi dengan pelanggan kami di Amerika Serikat untuk mencari solusi terbaik," ujar Irianto kepada Bisnis, belum lama ini.

Adapun, strategi DRMA yakni berfokus pada komitmen untuk menjaga kualitas, efisiensi biaya, dan ketepatan pengiriman dalam setiap komponen yang diproduksi. 

Perseroan juga melihat peluang ekspor ke AS maupun negara lainnya masih cukup besar. Selain ke AS, DRMA juga telah mengekspor produk lain, seperti auxiliary battery ke Korea Selatan. Ke depan, DRMA akan terus membuka peluang ekspor ke negara lainnya.

"Kami tidak hanya berupaya memperkuat posisi pasar untuk produk yang sudah ada, tetapi juga melihat peluang untuk memperluas pangsa pasar melalui peluncuran produk-produk baru baik untuk otomotif dan non-otomotif di masa depan," katanya. 

Kadin Wanti-wanti Industri

Di lain sisi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut industri dalam negeri harus mulai bersiap dengan adanya pembebasan tarif bea masuk atas produk impor dari Amerika Serikat (AS) ke Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kadin Perindustrian Saleh Husin mengatakan, besaran tarif 19% yang ditetapkan Trump terhadap Indonesia lebih rendah dibandingkan tarif yang dikenakan kepada negara pesaing utama Indonesia di kawasan, seperti Thailand dan Vietnam.

Menurut Saleh, penurunan tarif AS menjadi 19% memberi peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk tetap kompetitif di pasar AS, terutama di sektor-sektor padat karya.

Namun, sambung dia, pengenaan tarif AS ke Indonesia sebesar 19% juga diperoleh dengan menukar (tradeoff) kesepakatan, yakni berupa pembebasan tarif bea masuk atas produk impor dari AS.

“Bagi industri dalam negeri yang selama ini bergantung terhadap bahan baku impor dari AS, seperti elektronik, makanan olahan, dan alkes [alat kesehatan] tentunya akan diuntungkan karena pembebasan tarif dapat menekan harga bahan baku,” kata Saleh kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).

Meski begitu, Saleh menyebut, pembebasan tarif ini harus membuat industri dalam negeri berlomba dengan produk impor AS yang jauh lebih kompetitif.

“Bagi industri serupa di dalam negeri harus siap berbagi pasar dengan produk asal AS tersebut yang semakin kompetitif,” ujarnya.

Risiko Banjir Komponen Impor dari China

Di tengah kebijakan tarif AS, ada juga risiko bahwa industri komponen otomotif Indonesia diserbu komponen impor, terutama dari Negeri Tirai Bambu.

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, seiring dengan adanya tarif AS, sangat mungkin produk komponen otomotif murah dari China membanjiri Indonesia. 

Menurutnya, melalui inisiatif Belt and Road, China semakin memperkuat infrastruktur perdagangan di kawasan, memfasilitasi aliran barang ke negara-negara mitra, termasuk Indonesia, 

"Kebijakan tarif AS dapat mendorong produsen China mencari pasar alternatif, dan Indonesia dengan pasar otomotif yang besar menjadi target menarik yang didukung oleh konektivitas belt and road," ujar Yannes kepada Bisnis.

Alhasil, menurut Yannes, harga yang kompetitif dari produk China berpotensi melemahkan daya saing produsen komponen lokal, terutama jika kualitasnya setara. 

"Industri dalam negeri bisa tertekan, mengalami kesulitan bersaing, dan bahkan kehilangan pangsa pasar di dalam negeri sendiri," jelasnya.

Alhasil, menurutnya, berbagai upaya yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan memberikan dukungan intensif bagi pelaku industri untuk menembus pasar Asean, Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara BRICS melalui promosi aktif, memfasilitasi informasi pasar, dan insentif ekspor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro