Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dijuluki Jepangnya Indonesia’, IKM Tegal Pasok Komponen ke Perusahaan Raksasa

Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) membina sejumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk bergabung menjadi rantai pasok industri otomotif di Indonesia
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.

Rantai Pasok Industri Otomotif

Berbeda dengan Aas, Faizal Akmal Elfas yang juga sama-sama lokasi pabriknya berada di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru di Jalan Raya Pantura Dampyak km.04, Kabupaten Tegal memilih jalur manufaktur di bidang komponen otomotif. Saat ini di bawah bendera PT FNF Metalindo Utama tersebut, Elfas mampu menembus tier 2 Astra Honda Motor, Toyota untuk mobil Avanza, Innova 2022, serta beberapa mobil Hyundai dan Daihatsu.

Sama seperti Aas, Elfas pun merupakan generasi kedua yang mengelola perusahaan keluarga. Sebelum berbadan hukum, usaha ayahnya tersebut membuat bermacam-macam alat terbuat dari logam. Mulai dari engsel pintu, perabotan  rumah tangga, hingga tempat tidur rumah sakit.

“Pada 1993 berdiri, ‘98 kita kolaps dan pengurangan karyawan, cuma masih survive dan kita buat komponen rumah sakit,” ujar Elfas saat ditemui di kantornya yang tidak jauh dari pabrik, Sabtu (25/6/2022).

Usai dirinya lulus kuliah pada 2008, Elfas sudah diberi ancang-ancang untuk menuruskan usaha keluarga. Namun, ia diberi pesan ayahnya untuk terlebih dulu bekerja di perusahaan orang lain. Akhirnya pada 2010 ia resmi mengelola usaha keluarga tersebut bersama 4 saudara perempuannya.

“Cuma Bapak masrahin usaha ini pas biasa saja, ada kerjaan tapi tidak rutin. Dianggap sehatnya karena tidak ada tanggungan dan tidak ada utang. Waktu itu karyawannya 8 orangan. Masih tradisional, masih berantakan secara sistem,” jelasnya.

Elfas menuturkan pada 2015 akhirnya perusahaannya ditawari menjadi tier 2 AHM lewat YDBA. Meski senang, namun dirinya mengaku merasa cukup berat dengan syarat-syarat yang diminta pihak AHM. Sebab, selain harus merombak 100 persen sistem kerja, dirinya pun tiap bulan mesti berlatih di Balajara, Tangerang.

“Permintaannya rumit juga. Sistem manajemennya harus diubah. Planning harus ada, layoutnya harus ada, enginnernya harus ada. Dulu kan saya semua, yang penting jadi uang,” ucap Bapak tiga anak itu.

Selama 2 tahun, dia mulai merombak secara sistem perusahaannya untuk memenuhi syarat-syarat dari AHM. Dimulai dari pencatatan dalam produksi, laporan keuangan harus rapi, hingga sistem keamanan saat kerja. Menurut Elfas, dalam menata sistem pun, banyak karyawannya yang protes karena dinilai sistem baru tersebut merusak kebiasaan kerja mereka.

“Makanya dari 8 itu hanya 2 yang masih bertahan hingga sekarang. Dulu kan kerja pake celana pendek sambil ngerokok, full musik dangdut. Sekarang kan enggak boleh, harus pake sepatu, seragam. Terus harus dicatat semisal produksi 8 ribu ya dicatat produksi apa saja,” tutur dia.

Pada 2017 PT PNF akhirnya memperoleh pesanan atau purchase order (PO) dari AHM. Meski sudah memperoleh PO atau menjadi tier 2 AHM, Elfas mengaku kala itu masih mengalami banyak perbaikan. Namun, dirinya mengaku terus didampingi oleh pihak YDBA untuk penataan perusahaan. Tak jarang juga YDBA kerap membuat pelatihan manajemen perusahaan yang amat berguna bagi Elfas.

“Nah dengan SDM yang ada kita juga masih harus ngebuktiin harus tepat waktu, harga kualitasnya sesuai yang diharapkan. Kita kuatnya juga karena ada YDBA,” ucapnya.

Kini, perusahaannya sudah berkembang pesat. Omsetnya pun mencapai 250 juta dalam sebulan. Padahal, sebelum menjadi tier 2 AHM, omset perusahaannya paling tinggi 70 juta per bulan. Meski demikian, menurut Elfas kondisi perusahaannya saat ini terdampak pandemi Covid-19 dan kelangkaan cip semikonduktor untuk motor.

“Efek kelangkaan chip membuat omset pun berkurang hingga 50 persen. Dulu Rp500 jutaan sekarang setenganya. Akhirnya kita cuma punya karyawan 32 yang tadinya 48 karyawan,” ujarnya.

Kementerian Perindustrian sendiri menyebut bahwa dari 30.000 jenis komponen untuk mobil, sebanyak 4.500 di antaranya berpeluang dipasok dari industri kecil dan menengah (IKM). Namun, hingga saat ini baru terserap sekitar 900 jenis atau 20 persen.

Industri otomotif di Indonesia telah menyerap tenaga kerja langsung hingga 38.000 orang serta lebih dari 1,5 juta yang bekerja di sepanjang rantai nilai sektor tersebut, termasuk IKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Sebelumnya
Halaman Selanjutnya
Lembaga Pengembangan Bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper