Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dijuluki Jepangnya Indonesia’, IKM Tegal Pasok Komponen ke Perusahaan Raksasa

Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) membina sejumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk bergabung menjadi rantai pasok industri otomotif di Indonesia
Suasana kerja di pabrik PT FNF Metalindo Utama yang berada di Lokasi Industri Kecil (LIK) Takaru, Kabupaten Tegal, Jl. Raya Damyak Km 04, Minggu (26/6/2022)./ Indra Gunawan
Suasana kerja di pabrik PT FNF Metalindo Utama yang berada di Lokasi Industri Kecil (LIK) Takaru, Kabupaten Tegal, Jl. Raya Damyak Km 04, Minggu (26/6/2022)./ Indra Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Mimpi Aidi Aswar yang ingin menjadikan usaha keluarganya sebagai agen pemegang merek (APM) di komponen alat berat akhirnya mulai terwujud.

Pria yang lahir 40 tahun lalu tersebut, kini telah menjadikan perusahaan bernama PT Ejitama Internusa Persada itu sebagai tier 2 atau vendor komponen alat berat di beberapa perusahaan besar, salah satunya PT Komatsu Indonesia.

“Bayangan saya dari dulu memang seperti ini, penyuplai industri besar. Jadi kalau dulu, pas Bapak saya ngerjain itu job order saja. Ketika ada pesenan kita kerjakan, kalau enggak ada ya kita nunggu lagi,” kata Aas, sapaan akrab Aidi Aswar saat ditemui di pabriknya yang berada di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Kabupaten Tegal, Minggu (26/6/2022).

Aas bercerita, usaha yang didirikan ayahnya pada 1995 itu sempat jatuh bangun. Sebelum menjadi supply chain komponen alat berat, perusahaannya bergerak di bidang furnitur berbahan logam. Kadang, tempat usahanya pun mengerjakan produk-produk lain sesuai pesanan.

“Bapak saya ngerjain satu produk ada 1, 2 tahun, terus beda alatnya lagi karena job-nya beda. Kalau gitu, kita terus investasi alat [red-mesin] lagi, kan,” ucap pria empat bersaudara itu.

Aas pun kemudian bertekad agar usaha keluarganya tersebut menjadi spesialis di bidang tertentu dan beroperasi secara profesional. Usai melanglangbuana selama 11 tahun di beberapa perusahaan alat berat sebagai karyawan, Aas kemudian terjun mengurus perusahaan keluarganya pada 2017.

“Saya pengen buat perusahaan bener-bener profesional. Saya putusin keluar kerja,” ujar Aas yang mengaku sempat berkuliah namun terputus di tengah jalan.

Aas kemudian tancap gas. Dia membuat penawaran kepada beberapa perusahaan. Dari empat perusahaan, akhirnya ada 1 perusahaan yang menerima penawarannya yaitu anak usaha PT Ikomatsu, PT Hanken Indonesia.

“Setelah masuk kesana saya buat PT Ejitama bersama keluarga urunan. Kita gak nyari pinjaman bank karena gak ada agunan juga,” ungkapnya.

Untuk mendukung produksi perusahaannya, dia kemudian membeli mesin computer numerical control (CMC) cutting produksi lokal. Selain itu, perusahaannya pun bergabung menjadi binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Berkat YDBA, Aas merasakan perubahaan yang signifikan terutama dari sisi manajemen.

“Dulu uang belanja dan uang perusahaan itu nyatu sekarang pisah,” ucap Aas. Selain itu, dia pun merasakan perubahan dalam menerapkan 5R, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin di tempat kerja.

YDBA menerapkan 5R di tempat kerja bertujuan untuk meningkatkan budaya disiplin dalam diri pekerja dan memberikan kemudahan bekerja. Dari sisi keselamatan, perilaku dan kondisi tidak aman dapat teridentifikasi dan dikendalikan sehingga menurunkan atau bahkan menghilangkan potensi terjadinya nearmiss atau kecelakaan kerja.

Selain keselamatan, Aas juga merasakan penerapan 5R juga mampu meningkatkan kualitas produk, biaya produksi, proses pengiriman produk, dan moral pekerja.

“Sekarang saya kayak enggak berguna, karena semua sudah ada yang mengerjakan. Dulu saya yang masarin, produksi juga saya, lay out juga saya,” tutur Aas.

Dijuluki Jepangnya Indonesia’, IKM Tegal Pasok Komponen ke Perusahaan Raksasa

Para pekerja yang sedang mengoperasikan mesin Computer Numerical Control (CNC) cutting di Pabrik PT Ejitaka Internusa Persada, yang berlokasi di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru Kabupaten Tegal, Minggu (26/6/2022). Indra Gunawan

Saat ini, PT Ejitama berkembang pesat. Pada 2017 perusahaannya baru memperkerjakan 7 karyawan, saat ini sudah 30 karyawan. Menurut Aas, penghasilannya pun mengalami peningkatan ratusan kali lipat. “Dulu di bawah Rp70 jutaan sebulan. Sekarang di atas Rp1 miliar,” jelasnya.

Apalagi, ujar Aas perusahaannya justru makin melesat sejak pandemi Covid-19 akibat kenaikan harga batu bara. Hal itu dikarenakan banyaknya permintaan alat berat untuk beroperasi di tambang batubara.

Aas mengatakan, di samping PT Hanken, perusahaannya pun kini telah menjadi tier 2 perusahaan besar lainnya untuk komponen alat berat. Di antaranya PT Hitachi Manufaktur, PT Kongo Citra Manufaktur, PT Karisma Logam Utama dan teranyar adalah PT Pindad untuk pengerjaan pintu eskavator lewat PT Jaya Perkasa Auto Indonesia.

“Saya ingin Ejitama itu spesialis. Beberapa kali saya ditawari AHM [Astra Honda Motor], saya belum mampu di luar alat berat. Jadi jika saya ke otomotif harus belajar lagi,” ujarnya.

Meski demikian, Aas mengatakan pihaknya bukan anti terhadap produksi alat otomotif. Sebab, saat ini PT Ejitama pun memproduksi arm untuk motor variasi. Bahan-bahannya diambil dari limbah hasil pekerjaannya di komponen alat berat. “Sekarang kan musim custom motor ya, saya manfaatin. Sudah dijual di Shoope, Tokopedia,” tutup Aas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper