Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dituding Hasil Kerja Paksa Muslim Uighur, Baterai EV China Dilarang Masuk AS

Amerika Serikat menambah daftar produk asal China yang dilarang masuk karena diduga hasil kerja paksa, terbaru adalah baterai mobil listrik.
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg

Bisnis.com, Jakarta – Amerika Serikat memasukan baterai kendaraan listrik dan komponen mobil asal China dalam daftar merah, karena dituding melakukan kerja paksa dalam proses produksi. Pelarangan ini menambah daftar panjang barang asal China yang disemprit Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, AS telah melarang masuknya seluruh produk impor asal Xinjiang, China seperti panel surya, tomat, hingga pakaian berbahan katun. Belakangan, impor baterai electric vehicle (EV) dan komponen mobil ikut kena getah.

Informasi tersebut sebagaimana disitat dari Reuters, pada Senin (21/8/2023). Bahkan, tak hanya komponen otomotif, melainkan juga bahan baku industri seperti alumunium hingga baja.

AS menuding China melakukan kerja paksa dan mendirikan kamp konsentrasi bagi warga Uighur di Xinjiang, serta minoritas muslim lainnya. Berdasarkan dugaan itu, otoritas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menahan banyak produk impor asal China, serta memeriksa lebih jauh barang kebutuhan industri tersebut hingga dinyatakan bebas dari rantai pasok bermasalah.

Sebaliknya, Beijing membantah melakukan pelanggaran. AS menggunakan peraturan pencegahan kerja paksa Uighur (UFLPA) untuk membatasi peredaran impor China.

Hasilnya, selama setahun berbagai proyek energi surya terhambat akibat kekurangan pasokan panel surya. Bahkan, fasilitas energi surya besar untuk utilitas turun 31 persen tahun lalu karena pasokan panel yang terbatas.

Sebaliknya, energi surya maupun kendaraan listrik bertenaga baterai merupakan industri penting dalam upaya pemerintahan Biden untuk mengurangi ketergantungan AS terhadap bahan bakar fosil dan memerangi perubahan iklim.

“CBP memberikan daftar contoh produk dari tinjauan sebelumnya kepada importir dan jenis dokumentasi yang diperlukan untuk membuktikan bahwa produk tersebut tidak dibuat dengan tenaga kerja paksa,” demikian ungkap CBP kepada Reuters.

Badan ini tidak secara khusus menanggapi pertanyaan tentang peningkatan pengawasan impor otomotif. CBP mengatakan bahwa fokusnya "adalah pada produk-produk yang memiliki risiko tinggi dalam rantai pasokan AS."

Dalam laporan kepada Kongres bulan lalu tentang penegakan UFLPA, CBP mencantumkan baterai lithium-ion, ban, dan komponen mobil lainnya sebagai produk yang berisiko.

Fokus yang diperluas tercermin dalam data CBP, yang menunjukkan 31 pengiriman otomotif dan kedirgantaraan telah ditahan di bawah UFLPA sejak Februari tahun ini. Penahanan pengiriman logam dasar, yang mencakup aluminium dan baja, juga telah melonjak dari senilai US$ 1 juta per bulan pada akhir 2022, menjadi lebih dari US$ 15 juta per bulan. (Andy Kristian Repi)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper