Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mobil Bioetanol Berpeluang Dapat Insentif, Begini Penjelasan ESDM

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang insentif bagi kendaraan berbahan bakar nabati (BBN) bioteanol.
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang insentif bagi kendaraan berbahan bakar nabati (BBN) bioteanol.

Meskipun demikian, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa belum ada pembahasan khusus terkait pemberian insentif untuk kendaraan bioetanol hingga saat ini. 

Menurutnya, peluang itu tetap ada karena semua pelaku usaha yang berkomitmen untuk melakukan mitigasi iklim atau penurunan emisi mendapatkan insentif melalui nilai ekonomi karbon.

“Nah, skenario-skenario itu mungkin membangun ya. Nanti untuk bisa memberikan insentif yang semacam itu, mau larinya ke mana kan nanti tergantung dana [APBN]-nya nih,” kata Eniya di sela acara Green Initiative Conference di Jakarta, Selasa (24/9/2024).

Lebih lanjut dia menekankan, jika produsen kendaraan bioetanol ingin diberikan insentif, maka perlu berkomitmen untuk membangun ekosistem dari hulu ke hilir, serta menarik investasi layaknya kendaraan listrik berbasis baterai.

Sebagai contoh, produsen otomotif asal Korea Selatan, Hyundai membangun fasilitas packing baterai yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. PT Hyundai Energy Indonesia yang menjalankan fasilitas produksi packing itu menelan investasi sebesar US$60 juta, atau sekitar Rp900 miliar.

Tak hanya Hyundai, ada juga PT Indonesia BTR New Energy Material sebagai produsen anoda untuk baterai kendaraan listrik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah. Fasilitas produksi baterai itu telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 7 Agustus 2024.

PT Indonesia BTR New Energy Material adalah anak usaha dari BTR New Material Group, perusahaan asal China yang merupakan salah satu produsen utama komponen anoda di dunia. Investasi perusahaan ini di Indonesia dilakukan dalam dua tahap, dengan nilai US$478 juta pada tahap pertama dan US$299 juta pada tahap kedua.

“Nah, ekosistem ini kalau lahir, maka insentif juga bisa diberlakukan. Karena ada kompensasi, investasi masuk kan. Makanya kami menekankan adanya ekosistem,” katanya.

Sejauh ini, sudah ada Pertamax Green 95, BBM campuran bioetanol 5% yang dijual di 75 SPBU di Jakarta dan Surabaya. Implementasi penggunaan campuran bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal dengan istilah E5, ini secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 10% pada 2029.

Kendati demikian, progres pengembangan bioetanol itu tergolong lambat, sebab jika mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, seharusnya Indonesia sudah menggunakan campuran etanol sebesar 20% pada 2025. 

Alhasil, dia mengatakan perlu adanya kebijakan untuk mengakselerasi industri bioetanol. Sebab, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grade, sedangkan yang lainnya adalah food grade.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper