Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan mobil baru di dunia diprediksi nyaris mencapai 90 juta unit, atau tepatnya 89,6 juta unit pada 2025, berdasarkan riset S&P Global Mobility.
Executive Director of Global Light Vehicle Forecasting S&P Global Mobility Colin Couchman mengatakan, penjualan mobil baru pada tahun depan diperkirakan hanya naik tipis 1,7% secara year-on-year (yoy) dibandingkan proyeksi sepanjang 2024 yang sebesar 88,2 juta unit.
Menurutnya, prospek perkiraan tersebut mencakup beberapa faktor, termasuk meningkatnya pasokan, dampak tarif, suku bunga yang masih tinggi, harga kendaraan baru yang tinggi, kepercayaan konsumen yang tidak merata, kekhawatiran harga dan pasokan energi, serta risiko kredit otomotif.
Selain itu, ada juga tantangan bagi kendaraan elektrifikasi di Amerika Serikat (AS), presiden terpilih Donald Trump diperkirakan akan mulai bekerja pada 2025 dengan berbagai prioritas kebijakan, termasuk tarif universal, deregulasi, dan berkurangnya dukungan terhadap mobil listrik berbasis baterai (BEV).
"Tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun yang sangat menantang bagi industri otomotif karena faktor permintaan regional utama membatasi potensi permintaan dan pemerintahan AS yang baru menambah ketidakpastian baru sejak hari pertama," kata Colin Couchman dalam risetnya dikutip Selasa (31/12/2024).
Adapun, S&P Global Mobility memprediksi volume penjualan mobil di AS mencapai 16,2 juta unit pada 2025, naik 1,2% dari proyeksi pada 2024 sebesar 16 juta unit. Hal itu mencerminkan kondisi yang masih penuh ketidakpastian untuk pasar otomotif.
Baca Juga
Selain itu, menutup tahun 2024, pasar Eropa Barat dan Eropa Tengah diperkirakan akan mencatatkan penjualan dari 15 juta unit atau hanya naik tipis 1,1% yoy. Pada 2025, penjualan mobil di Eropa pun diprediksi stagnan di kisaran 15 juta unit.
"Tantangan utama meliputi tren elektrifikasi yang dinamis, bersamaan dengan tarif Uni Eropa atas impor dari China, risiko kebijakan tarif Trump, ketidakyakinan konsumen, Komisi Uni Eropa yang baru, dan lobi yang gencar terkait target emisi Uni Eropa," kata Couchman.
Lebih lanjut, dia mengatakan, masalah keterjangkauan kendaraan baru yang menghambat permintaan otomotif sepanjang 2024 tidak serta merta akan segera membaik pada 2025. Harga kendaraan diperkirakan akan tetap tinggi.
"Meskipun suku bunga diperkirakan akan turun lebih lanjut, tetapi tingkat inflasi diperkirakan akan tetap tinggi, dan inventaris kendaraan baru juga akan meningkat, tetapi manajemen yang cermat juga diharapkan," pungkasnya.
Penjualan Mobil di Indonesia Lesu
Sementara itu, di dalam negeri, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan capaian penjualan mobil hingga November 2024 masih menorehkan kinerja lesu dibandingkan tahun sebelumnya.