Bisnis.com, JAKARTA – Dua produsen truk asal Jepang, Isuzu dan Hino tengah putar otak menyiapkan strategi guna menghadapi maraknya truk impor asal China yang membanjiri pasar Tanah Air.
Pasalnya, truk asal China mayoritas diimpor secara utuh (completely built up/CBU) sehingga menggerogoti pangsa pasar truk di Indonesia. Di lain sisi, Isuzu dan Hino telah berkomitmen untuk membenamkan investasinya di Tanah Air melalui fasilitas perakitan truk.
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) yang dinaungi PT Astra International Tbk. (ASII) pun blak-blakan mengungkapkan bahwa maraknya truk impor asal China mengganggu pasar kendaraan niaga di Tanah Air.
Deputy General Manager Business Strategy Division PT IAMI, Rian Erlangga mengatakan hal itu berisiko berdampak terhadap pabrikan truk, termasuk Isuzu yang sudah berinvestasi selama 50 tahun di Indonesia dan memiliki pabrik di Karawang, Jawa Barat.
"Isuzu senantiasa memantau dinamika pasar, termasuk tren masuknya truk impor asal China. Kami menyadari bahwa kehadiran produk impor tersebut dapat mengganggu pasar," ujar Rian kepada Bisnis, dikutip Senin (11/8/2025).
Lebih lanjut Rian mengatakan, perseroan juga mendukung penguatan industri dalam negeri melalui aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang dapat meningkatkan permintaan komponen rakitan lokal.
Baca Juga
"Selain itu, untuk menjaga daya saing, kami terus melakukan berbagai langkah strategis, seperti peningkatan efisiensi produksi di pabrik Isuzu Karawang Plant, pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia, serta penguatan layanan purnajual," jelasnya.
Perseroan juga aktif dalam pengembangan SDM lokal dan menjalin kerja sama dengan pemasok dalam negeri untuk meningkatkan kandungan lokal (local content) pada setiap unit kendaraan.
Alhasil, menurutnya pemerintah perlu menjaga keseimbangan antara keterbukaan pasar dan perlindungan industri dalam negeri, agar para produsen truk di Indonesia tidak tergerus oleh truk impor China yang membanjiri pasar Tanah Air.
Sementara itu, Sales & Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Fuso) Aji Jaya mengungkapkan kondisi ini tengah mengancam industri otomotif nasional, khususnya produsen kendaraan niaga.
“Bagaimana kami bisa bersaing, kalau produk impor dari China itu tidak melalui prosedur yang dikenakan kepada kami, harganya jadi lebih murah,” ungkapnya.
Terlebih lagi, jelas Aji, manakala produsen truk lokal dituntut untuk mengikis emisi karbon, truk-truk impor justru justru mengambil kesempatan dengan memasarkan produk dengan standar emisi di bawah Euro 4.
“Konsumen bisa beralih ke mereka, karena truk impor itu masih bisa konsumsi solar, sedangkan produk kami sudah standar BBM Euro 4 yang lebih mahal,” tukas Aji.
Hino Genjot Produksi Lokal
Senada, Sales Director HMSI, Susilo Darmawan mengakui bahwa truk impor asal China yang membanjiri pasar sangat berpengaruh terhadap kinerja penjualan truk perseroan.
"Memang, masuknya truk impor, terutama di segmen dump truck untuk pertambangan ada dampaknya terhadap volume penjualan. Namun, Hino tetap fokus menjaga kualitas dan keandalan produk yang kami tawarkan," ujar Susilo kepada Bisnis, dikutip Senin (11/8).
Data Gaikindo mencatat, sepanjang Januari-Juli 2025, penjualan wholesales Hino tercatat sebanyak 9.666 unit, atau turun 20,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebanyak 12.105 unit.
Sementara itu, penjualan ritel alias dari dealer ke konsumen Hino tercatat sebanyak 11.777 unit, turun tipis 0,3% secara tahunan.
Lebih lanjut, dia mengatakan strategi perseroan yaitu memastikan setiap kendaraan diproduksi sesuai regulasi pemerintah, memperluas jaringan dealer, ketersediaan suku cadang, hingga peningkatan layanan purnajual.
Menurutnya, produk seperti Hino 300, Hino 500, Hino 700 telah memenuhi standar emisi Euro 4 dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia. Selain itu, Hino juga bekerja sama dengan karoseri lokal untuk memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pelanggan.
Susilo mengatakan, Hino juga secara konsisten meningkatkan TKDN dalam setiap unit produksinya. Bahkan, sasis Hino menggunakan bahan baku dari Krakatau Steel.
Tak ketinggalan, Hino juga berkomitmen untuk terus menggelontorkan investasi dalam teknologi dan pelatihan guna memastikan produk rakitan lokal tetap kompetitif. Hino juga menaruh harapan agar pemerintah dapat mendukung regulasi yang berpihak pada industri otomotif lokal.
Lonjakan Truk Impor China
Diberitakan sebelumnya, impor truk utuh asal China deras mengalir, di tengah merosotnya pasar domestik. Nilai impor sepanjang tahun lalu itupun tembus hingga US$647 juta.
Pada tahun lalu, penjualan truk semua segmen sebagaimana dicatat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengalami penurunan tajam. Volume penjualan mencapai 66.570 unit, turun 14,1% dibandingkan 77.581 unit pada 2023.
Sebaliknya, di tengah penjualan domestik ambrol, justru impor truk asal China mengalir deras. Impor inipun tidak dicatat Gaikindo, serta jumlahnya cukup signifikan.
Pada tahun lalu, misalnya, volume impor truk utuh dari Tiongkok mencapai 13.669 unit. Data itu tercatat oleh General Administration of Customs of The People’s Republic of China (GACC).
Nilai importasi tak tanggung-tanggung, mencapai sekitar US$647 juta. Hal ini terbilang janggal, sebab keseluruhan impor utuh tersebut tidak dilakukan oleh para pemain di dalam negeri, atau selayaknya anggota Gaikindo.
Dari data yang sama, impor truk utuh dari China didominasi jenis truk diesel dengan bobot lebih dari 20 ton. Pada 2024 saja, impor truk tersebut mencapai volume 15.542 unit. Angka impor itu melonjak drastis dibandingkan 2023 yang sebanyak 7.729 unit dengan nilai US$346 juta.
Sebagai informasi, truk asal China sejauh ini diimpor melalui masterlist impor oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Kementerian Investasi. Artinya, truk itu dikategorikan barang modal, bahan baku, atau peralatan yang dapat diimpor tanpa dikenakan bea masuk dan/atau pajak tertentu, sebagai fasilitas bagi kegiatan investasi di RI.