Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan data penjualan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, periode 2020-2024.
Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan, sejauh ini tren penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.
"Tren penjualan mobil listrik itu bagus, tetap akan meningkat, seperti halnya hybrid, maupun PHEV [Plug-in Hybrid Electric Vehicle], akan terus meningkat," ujar Jongkie kepada Bisnis dikutip Selasa (14/1/2025).
Berdasarkan data Gaikindo yang diterima Bisnis, penjualan BEV di Indonesia pertama kali tercatat pada 2020 dengan jumlah sangat minim yakni 125 unit. Kemudian pada 2021 naik menjadi 687 unit.
Berlanjut ke 2022, penjualan mobil listrik melonjak signifikan menjadi 10.327 unit, terutama setelah pemerintah mulai mengumumkan bahwa mobil listrik berbasis baterai akan disubsidi. Kala itu, mobil listrik rakitan lokal dan penjualannya cukup laris yakni Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV.
Adapun, subsidi mobil listrik itu baru terealisasi pada 1 April 2023 ditandai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2023.
Baca Juga
Dalam beleid tersebut, mobil listrik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 40% bisa mendapatkan insentif PPN sebesar 10%. Dengan begitu, mobil listrik yang memenuhi syarat tersebut hanya dikenakan PPN 1% (saat itu PPN masih 11%).
Alhasil, penjualan mobil BEV pada 2023 melesat menjadi 17.051 unit, dan diikuti lonjakan signifikan menjadi 43.188 unit pada 2024.
Jika dilihat secara angka, penjualan BEV memang melesat dalam 5 tahun terakhir, dari posisi 125 unit pada 2020 menjadi 43.188 unit di 2024 atau naik 34.450%.
Kendati demikian, Gaikindo pun mengakui bahwa sejatinya kontribusi penjualan BEV terhadap total penjualan mobil nasional masih sangat minim. Misalnya, pada 2024 penjualan BEV hanya 4,98% dari penjualan mobil di RI sebanyak 865.723 unit.
Alasannya, menurut Jongkie karena infrastruktur pengisian daya (charging station) di Indonesia masih sangat terbatas sehingga membuat masyarakat masih ragu-ragu untuk membeli mobil listrik.
"Mobil listrik masih perlu charging station, sedangkan charging station-nya sangat kurang. Orang kalau mau beli BEV kan pasti berpikir, akan ngecas di mana?" tutur Jongkie.
Oleh sebab itu, Gaikindo mendorong pemerintah untuk segera menerbitkan regulasi untuk memperbanyak infrastruktur pengisian daya mobil listrik. Misalnya, Pemerintah Daerah (Pemda) menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) yang mewajibkan setiap gedung menyediakan charging station.
"Nah, jadi Pemda perlu membuat peraturan setiap gedung berlantai di atas 5 harus memiliki charging station sebanyak, misalnya 1% dari total jumlah tempat parkir. Jadi kalau 300 tempat parkir, ya sudah pasang 3 charging station, kan tinggal terbitkan Perda," pungkas Jongkie.
Data Penjualan Mobil Listrik di Indonesia 5 Tahun Terakhir:
-2020: 125 unit (0,02% dari total wholesales 532.027 unit)
-2021: 687 unit (0,07% dari total wholesales 887.202 unit)
-2022: 10.327 unit (0,98% dari total wholesales 1.048.040 unit
-2023: 17.051 unit (1,69% dari total wholesales 1.005.802 unit)
-2024: 43.188 unit (4,98% dari total wholesales 865.723 unit)