Bisnis.com, JAKARTA -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menargetkan penjualan mobil tahun ini masih di bawah 1 juta unit, yakni 900.000 unit. Meski demikian, target ini di atas realisasi tahun sebelumnya sebesar 865.723 unit.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo mengatakan prediksi penjualan tersebut juga dapat berpotensi turun hingga 750.000 unit lantaran pemberlakuan PPN 12%, opsen pajak, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil.
"Kami belajar dari sebelumnya, kita belum duduk bareng, belum ngitung secara rinci ya. Tapi kan harus muncul, kira-kira berapa? Kalau tahun kemarin saja, nggak ada opsen, kita satu juta saja nggak dapat," kata Kukuh dalam agenda Prospek Otomotif 2025, Kamis (14/1/2025).
Kukuh menerangkan, opsen pajak dapat berpengaruh signifikan terhadap penjualan lantaran berdampak pada kenaikan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Target penjualan mobil 900.000 unit merupakan target paling optimis yang ditetapkan Gaikindo tahun ini.
"Kalau turunnya [koreksi] itu kita bisa balik ke waktu zaman pandemi ya. 650.000-an unit, 700.000 unit. Sudah berat lah," ungkapnya.
Kendati demikian, pihaknya masih optimistis terhadap pasar otomotif tahun ini lantaran didorong oleh penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat dan makin banyaknya merek kendaraan bermotor yang masuk ke Indonesia.
Baca Juga
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Setia Diarta mengatakan industri otomotif diperkirakan menghadapi tantangan yang lebih besar pada tahun 2025, seiring implementasi kebijakan kenaikan PPN serta penerapan opsen PKB dan BBNKB.
"Saat ini sebanyak 25 provinsi yang menerbitkan regulasi terkait relaksasi opsen PKB dan BBNKB. Kebijakan ini diharapkan mampu memberikan dukungan nyata terhadap keberlanjutan industri otomotif nasional serta menjaga daya saingnya di pasar domestik maupun global," ungkap dia.
Ke-25 provinsi itu antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, NTB, Bali, Kepulauan Riau (Kepri), Sumatra Utara (Sumut), Sumatra Selatan (Sumsel), Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Timur (Kaltim), Sulawesi Selatan (Sulsel).
Untuk diketahui, dia menuturkan, tahun lalu industri otomotif mengalami kontraksi sebesar 16,2%. Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat serta kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor.
Sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi signifikan terhadap PDB, dia menegaskan, industri otomotif mencatatkan perkiraan penurunan sebesar Rp4,21 triliun pada 2024. Hal ini berdampak pada sektor backward linkage sebesar Rp4,11 triliun dan sektor forward linkage sebesar Rp3,519 triliun.
"Menyadari pentingnya sektor otomotif bagi kontribusi ekonomi Indonesia dan tantangan yang dihadapi pada tahun 2025, Kemenperin secara aktif menyampaikan usulan insentif dan relaksasi kebijakan kepada pemangku kepentingan terkait," jelasnya.