Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Beberkan Dampak & Peluang RI dari Krisis Otomotif Thailand

Pelaku usaha industri otomotif dalam negeri berbicara mengenai dampak hingga peluang yang bisa ditangkap dari krisis otomotif Thailand.
Pengunjung memadati pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memadati pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Toyota Astra Motor (TAM) yang dinaungi PT Astra International Tbk. (ASII) mengatakan bahwa perseroan tidak terdampak krisis industri otomotif yang sedang melanda Thailand.

Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota Astra Motor tercatat mengimpor mobil dari Thailand sebanyak 23.644 unit sepanjang 2024.

Beberapa model Toyota yang dirakit di Thailand, di antaranya yakni Hilux Rangga (all type), Hilux 4x4, Hiace, Corolla Cross Hybrid, Camry Hybrid, Corolla Altis Hybrid, hingga Vios.

Marketing Director Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan, secara keseluruhan tidak ada masalah dengan krisis otomotif di Thailand. Sebab, sekitar 90% kendaraan Toyota yang dijual dari Indonesia adalah produksi lokal.

"Sementara untuk model impor, kami tidak hanya mengambil dari Thailand, melainkan juga dari Jepang dan beberapa negara lainnya sehingga suplai impor masih dapat memenuhi demand yang ada," ujar Anton kepada Bisnis, Kamis (30/1/2025).

Lebih lanjut, dia mengatakan, pada tahun ini Toyota akan memprioritaskan untuk model-model produksi lokal yang berkontribusi besar terhadap penjualan perseroan.

⁠"Kami akan coba melihat kondisi demand tahun ini, yang pasti untuk model-model volume maker yang diproduksi secara lokal akan menjadi prioritas karena demandnya juga cukup tinggi, sedangkan untuk suplai impor kami akan coba berkoordinasi dengan prinsipal dan Regional Office Toyota," jelasnya.

Adapun, sepanjang 2024 Toyota memproduksi mobil sebanyak 516.997 unit, atau turun 12,3% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode sama 2023 sebanyak 589.262 unit.

Turunnya produksi Toyota sejalan dengan pelemahan industri otomotif dalam negeri. Gaikindo mencatat pada 2024, total penjualan mobil secara wholesales sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% yoy dari periode sama 2023 sebesar 1.005.802 unit.

Alhasil, Anton mengatakan, Toyota berharap pasar otomotif dalam negeri maupun ekspor pulih tahun ini sehingga angka produksi dapat meningkat.

"⁠Pastinya kami berharap tahun ini market bisa tumbuh secara positif baik domestik maupun ekspor. Sehingga dapat ikut menstimulasi produksi kendaraan dalam negeri," pungkas Anton.

Peluang RI

Sementara itu, Gaikindo menilai krisis industri otomotif yang tengah melanda Thailand dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menggenjot penjualan kendaraan.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, ke depannya, ada peluang bagi Indonesia untuk menjadi basis produksi otomotif di Asean, sebab penjualan mobil di Indonesia masih yang tertinggi di Asia Tenggara.

"Ke depan, industri otomotif ya di Indonesia. Karena Thailand sendiri kita tahu kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Jadi, momentum ini yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia, kita masih lumayan di Asean masih nomor satu," ujar Kukuh saat ditemui di Jakarta Selatan pekan lalu pada Kamis (23/1/2025).

Menurutnya, sangat mungkin Indonesia menjadi hub produksi di Asean, sejalan dengan sumber daya manusia yang potensial. Dia juga mengatakan bahwa para produsen otomotif memiliki opsi untuk bekerja sama dengan berbagai perusahaan manufaktur (general assembler), sebelum memutuskan membangun pabrik sendiri.

"Pilihannya banyak di Indonesia, bisa menggunakan general assembler. Kalau volumenya sudah besar, mau bikin pabrik sendiri silakan. Itu kan sambil membangun pasarnya," pungkas Kukuh. 

Selain penurunan penjualan, Gaikindo juga mencatat produksi mobil di Indonesia turun 14,3% yoy menjadi 1,19 juta unit pada 2024, dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1,39 juta unit. 

Di lain sisi, penjualan mobil di Thailand mengalami penurunan drastis hingga mencapai titik terendah dalam 15 tahun terakhir. Kondisi ini semakin memperburuk reputasi negara tersebut sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara.

Berdasarkan data dari Federasi Industri Thailand, total penjualan mobil domestik sepanjang 2024 hanya mencapai 572.675 unit, atau turun 26% (year on year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu merupakan yang terendah sejak 2009 silam. 

Produksi kendaraan juga terdampak akibat rendahnya permintaan pasar. Total produksi mobil di Thailand pada 2024 mengalami penurunan 20% menjadi 1,47 juta unit dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, angka produksi mobil di Thailand masih lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Penyebab Krisis Otomotif Thailand

Juru Bicara Asosiasi Industri Otomotif Thailand Surapong Paisitpattanapong mengatakan salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan pasar otomotif adalah tingginya tingkat penolakan pinjaman mobil oleh lembaga pembiayaan. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper