Bisnis.com, JAKARTA --- Pelaku industri otomotif khawatir, anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdampak pada kinerja penjualan kendaraan bermotor di Indonesia.
Pasalnya, pasar saham yang anjlok mencerminkan sentimen negatif di pasar keuangan, yang dapat membuat investor dan konsumen lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Jika masyarakat merasa kondisi ekonomi tidak stabil, mereka cenderung menunda pembelian barang mewah seperti mobil.
Adapun, IHSG sempat ambles 6,12% ke level 6.076,08 pada sesi I perdagangan Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, sejak terakhir kali pada 10 September 2020 silam.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, tidak hanya Indonesia, beberapa negara di dunia juga mengalami kemerosotan indeks, salah satunya yakni bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street.
"Saya rasa tidak hanya Indonesia. Seluruh dunia sekarang, beberapa negara mengalami indeks yang merosot. Wall Street saja merosot. Kami berharap ini tidak berlangsung lama, cepat segera diselesaikan," ujar Bob di Jakarta, dikutip Rabu (19/3/2025).
Alhasil, dia pun berharap pemerintah dapat memberikan sinyal positif kepada investor untuk kembali masuk sehingga iklim investasi di Indonesia dapat kondusif.
Baca Juga
"Kami berharap pemerintah bisa kasih positive sign kepada investor sehingga harapannya mereka masuk lagi," jelasnya.
Menurutnya, Indonesia masih punya potensi pasar yang besar sehingga seluruh pihak stakeholder perlu bekerja sama untuk mendorong industri otomotif.
"Yang penting kita semua stakeholder yang ada itu kompak. Pemerintah, pengusaha, masyarakat dan serikat pekerja, untuk membangun positive sign ya, sehingga investor mau masuk ke Indonesia," kata Bob.
Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kinerja ekspor Toyota pada Januari-Februari 2025 sebanyak 23.040 unit, atau turun 3,2% dibandingkan periode sama 2024.
Menurut Bob, melemahnya kinerja ekspor mengindikasikan lemahnya permintaan dari luar negeri karena beberapa negara saat ini mengandalkan pasar domestik. Alhasil, dia juga berharap pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong daya beli masyarakat sehingga pasar domestik bertumbuh.
"Jadi, dalam beberapa kesempatan dengan pemerintah, kami minta konsumen di dalam negeri diberikan insentif. Kalau daya belinya naik kembali, itu akan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Tetapi dari sisi pemerintah, mereka juga sedang berada dalam fiskal yang terbatas," pungkasnya.