Bisnis.com, TOKYO--Toyota Motor Corporation tidak berencana membangun pabrik kendaraan hybrid di Indonesia, namun tetap berkomitmen kuat memberikan kontribusi bagi penghematan energi bahan bakar kendaraan di Tanah Air.
Koki Konishi, Managing Officer Toyota Motor Coroporation (TMC) mengatakan TMC masih melakukan kalkulasi untuk membangun pabrik kendaraan efisien bahan bakar yang telah terjual hingga 5 juta unit di dunia tersebut.
"Kami masih fokus mengembangkan kendaraan hemat jenis dan tipe mesin kecil, seperti Toyota Agya yang baru diluncurkan baru-baru ini," katanya di sela-sela pembukaan Tokyo Motor Show 2013, Rabu (20/11/2013).
Menurut Koki, pasar kendaraan Toyota di Indonesia setiap tahun semakin membesar dan Toyota tetap memposisikan Indonesia sebagai pasar terpenting yang saat ini masuk lima besar pasar Toyota di dunia.
Akan tetapi, Koki tidak bisa memastikan kendaraan hybrid bakal diproduksi di Indonesia karena berbagai kendala, terutama suplai suku cadang seperti baterai dan komponen lainnya.
"Saya kurang yakin kalau Toyota Prius, kendaraan hybrid kami bisa diproduksi di Indonesia, meskipun kendaraan ini efisien dalam bahan bakar," tegasnya.
Toyota akan terus mengembangkan dan memproduksi jenis kendaraan efisien lainnya yang memiliki ketersedian suku cadang memadai dan diproduksi di Indonesia, seperti kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan yang sekarang sudah ada.
Hiroyuki Fukui, President Commissioner of Toyota Motor Manufakturing Indonesia & Toyota Astra, mengatakan perusahaannya berkeinginan kuat memberikan kontribusi atas masalah penggunaan bahan bakar minyak dan kemacetan.
"Untuk Indonesia kami fokuskan membuat kendaraan bahan bakar hemat energi, tidak dulu kendaraan hybrid," tuturnya.
Menurut dia, membangun pabrik hybrid di Indonesia belum tentu ekonomis karena terkait dengan suku cadang yang masih diproduksi di beberapa negara. "Kami akan fokus memberikan kontribusi kepada pemerintah seperti pengaturan lalu lintas, yang sekarang ada proyek di Mampang, Jakarta."
Presiden Direktur Toyota Astra Motor Johnny Darmawan mengatakan persoalan penggunaan bahan bakar minyak yang meningkat drastis, dan kemacetan lalu lintas jangan selalu menyalahkan produsen kendaraan sebagai penyebab utamanya.
"Faktor lain kan banyak, seperti penyedian sarana jalan dan lalu lintas. Namun demikian, kami berkomitmen akan memberikan kontribusi terbaik untuk mengatasi masalah itu, baik dari penyediaan teknologi kendaraan hemat energi dan kerjasama dengan pemerintah daerah," katanya.
Khusus untuk kendaraan hybrid, Johnny melihat pasarnya belum sebesar kendaraan bahan bakar minyak, karena butuh dukungan seperti infrastruktur pengisian energinya.
Oleh karena itu, pembangunan pabrik kendaraan berteknologi hybrid masih terlalu jauh.
Berdasarkan siaran pers, Toyota merilis bahwa bahan bakar fosil sepanjang abad 20 lalu naik drastis sehingga banyak menimbulkan masalah, baik soal kecukupan energi, masalah lingkungan, juga di Indonesia telah menggeser alokasi belanja ke subsidi BBM.
Toyota telah mengembangkan teknologi kendaraan hybrid generasi terbaru yang merupakan paduan mesin berbahan bakar fosil dan energi dari baterai listrik dengan konsumsi bahan bakar mencapai 38 km per liter.
Konsumsi bahan kendaraan konvensional dengan bensin paling irit mencapai 16,4 km per liter untuk mesin 1.800 cc, dan 15,6 km untuk mesin 2.000 cc.
Sampai saat ini, kapasitas produksi Toyota Hybrid sudah mencapai 1,1 juta unit per tahun, dan total produksi sejak 1997 sudah mencapai 5 juta unit.
Mobil Hybrid, Toyota tak Berniat Bangun Pabrik di RI
Toyota Motor Corporation tidak berencana membangun pabrik kendaraan hybrid di Indonesia, namun tetap berkomitmen kuat memberikan kontribusi bagi penghematan energi bahan bakar kendaraan di Tanah Air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hilman Hidayat
Editor : Ismail Fahmi
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu