Bisnis.com, JAKARTA—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai dengan menjadi basis produksi low cost and green car (LCGC) dan mobil serbaguna (MPV) saja cukup untuk mendongrak kinerja ekspor RI.
Asalkan, seluruh merek LCGC dapat meningkatkan volume penjualannya ke luar negeri terutama saat era Masyarakat Ekonomi Asean 2015 dimulai. Dengan kata lain, RI tak perlu harus menjadi basis produksi sedan untuk dijual ke pasar ekspor.
Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Publik, Fiskal, dan Moneter Hariyadi Sukamdani mengakui konsumen global memang lebih menggemari sedan tapi di Asean yang laris tetap mobil penumpang serbaguna maupun tipe city car.
“Negara tujuan ekspor kita Asean saja, tidak usah mikir jauh-jauh. Kalau Amerika memang terbesar pasarnya sedan. Tapi di Asean, city car atau MPV sudah cukup,” katanya kepada Bisnis, Minggu (20/4/2014).
Ekspor KBH2 dirintis PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dan PT Toyota Astra Motor (TAM) sejak Februari 2014. Saat ini, Astra-Toyota Agya dan Astra-Daihatsu Ayla diekspor ke Filipina dengan merek Toyota Wego.
Kedua merek KBH2 tersebut juga hendak dipasarkan ke 4 negara lain di kawasan Asean plus beberapa negara di benua Afrika. Sepanjang tahun ini ditargetkan Wego laku 6.000 unit setara 500 unit per bulan.
“Ekspor LCGC kita akan besar karena supply chain sudah berjalan terlebih LCGC setidaknya 60% pakai komponen domestik,” ujar Hariyadi.
Dengan basis produksi multi purpose vehicle (MPV) serta kendaraan bermotor roda 4 yang hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) alias LCGC yang ada, RI bisa menjadi pemasok andalan bagi kebutuhan konsumen Asean. Apalagi, program KBH2 mensyaratkan pemenuhan komponen lokal sedikitnya 80%.