Bisnis.com, JAKARTA – Pengadaan bahan baku masih menjadi kendala bagi industry komponen kendaraan bermotor untuk merealisasikan true localization. Hingga saat ini, setidaknya bahan baku komponen masih didatangkan dari luar negeri.
Dari data Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), bahan baku yang masih diimpor itu antara lain baja, resin, aluminium, serta bahan sejenis lainnya.
"Baja dengan spesifikasi otomotif yang diproduksi di dalam negeri memang terbatas. Sehingga ketergantungan baja impor sangat tinggi," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Pertahanan Kementerian Perindustrian Yan Sibarang kepada Bisnis, Rabu (21/6/2017).
Baja memang menjadi salah satu bahan utama dalam industri otomotif khususnya komponen. Baja digunakan di sejumlah sector antara lain untuk mesin, bodi, transmisi, steering, filter, dan produk komponen sejenis lainnya.
"Yang utama untuk impor memang baja, termasuk baja olahan seperti baja lembaran hingga produk setengah jadi seperti pipe, bar, dan lain-lain," ujarnya.
Sekjen Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Suryadipraja menambahkan, setiap tahun kebutuhan terhadap bahan baku memang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri dan penjualan kendaraan bermotor.
Baca Juga
Selain baja, importasi aluminium juga cukup besar karena digunakan untuk memperingan bobot dari sebuah mobil. "Untuk menurunkan berat arahnya kedua jenis, yakni aluminium dan plastik dan yang menjadi pilihan pasti aluminium," katanya.
Ketua Umum Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif (PIKO) Rosalina Faried menambahkan, besarnya ketergantungan terhadap bahan baku impor disebabkan oleh sejumlah hal.
Selain memang ketersediaan yang masih minim, kualitas yang dihasilkan oleh industri lokal juga tidak sesuai dengan keinginan dari industri pengguna, dalam hal ini pabrikan otomotif.
"Secara kualitas produk lokal berbeda dengan produk impor karena konten dari bahan baku utama itu yang memang berbeda," kata dia.