Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepeda Lipat Lokal Kreuz Siap Tandingi Brompton, Cek Harganya!

Produsen sepeda lipat lokal asal Bandung, Jawa Barat, Kreuz menuai popularitas seiring dengan meningkatnya tren bersepeda di Tanah Air.
Sepeda Lipat. /Instagram Kreuz Indonesia
Sepeda Lipat. /Instagram Kreuz Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Produsen sepeda lipat lokal asal Bandung, Jawa Barat, Kreuz menuai popularitas seiring dengan meningkatnya tren bersepeda di Tanah Air.

Industri rumahan yang terletak di Jalan Jonas, Bandung, ini begitu menarik minat pesepeda karena Kreuz memiliki desain dan ketangguhan yang tidak kalah dari Brompton. Sama halnya seperti Brompton, Kreuz juga dibuat secara handmade.

Founder Kreuz Yudi Yudiantara mengatakan nama Kreuz diambil dari Bahasa Sunda, yaitu kare’es yang berarti kebanggan. “Ada juga yang mengartikan bahwa Kreuz itu singkatan dari kreasi urang Sunda,” tuturnya dikutip dari laman resmi Facebook Kreuz, Senin (3/8/2020).

Yudi menuturkan bahwa perjalanan mendirikan Kreuz bermula dari ketidaksengajaan. Dia bersama dengan Jujun Junaedi, yang juga sebagai founder, awalnya memproduksi aksesori tas pannier. Tas ini biasanya dipasangkan di sepeda Brompton.

Bermula dari hal tersebut, keduanya mulai mengeksplorasi ide lebih luas dengan membuat sepeda lipat serupa Brompton.

Seiring dengan tren bersepeda yang terus tumbuh, popularitas Kreuz lambat laun turut meningkat. Yudi mengatakan inden sepeda ini mencapai 100 frame hingga Februari 2020. Tiap bulannya, Kreuz menargetkan produksi 10 unit sampai dengan 15 unit.

Adapun, harga frame set sepeda Kreuz mencapai Rp3,5 juta. Apabila ingin membeli fullbike, konsumen perlu merogoh kocek sebanyak Rp8 juta. Harga itu berbanding jauh dengan Brompton, yang memiliki harga mulai dari Rp14 jutaan hingga Rp55 jutaan.

Yudi menyatakan bahwa usaha sepedanya tidak akan mengganggu eksistensi Brompton, karena kedua merek ini memiliki ceruk pasar tersendiri. Kreuz hadir untuk mengisi permintaan para pencinta sepeda yang memiliki bujet minimal.

Bersepeda memang diketahui memiliki sejarah panjang. Naik-turunnya tren sepeda dicatat jelas oleh Carlton Reid dalam bukunya yang berjudul Bike Boom: The Unexpected Resurgence of Cycling.

Reid dalam bukunya menuturkan bahwa timbul tenggelamnya tren bersepeda terjadi pada 1896 hingga 1897. Saat itu, sepeda di Amerika Serikat dan Eropa dipandang sebagai simbol kaum elite, penanda status, gaya hidup sehat, dan kemakmuran.

Namun, seiring perjalannya, bersepeda tidak sekadar menjadi tren dan gaya hidup, tetapi menjelma sebagai cara hidup. Belanda, misalnya, berhasil mewujudkan bersepeda sebagai salah satu transportasi publik, dengan populasi pesepedanya mencapai 25 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper