Bisnis.com, JAKARTA - Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) meyakini hengkangnya konsorsium asal Korea Selatan, LG Energy Solution (LG) dari proyek rantai pasok baterai di Tanah Air tak akan berdampak signifikan terhadap industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Ketua Umum Periklindo Moeldoko melihat keputusan LG mundur kemungkinan turut dipengaruhi oleh situasi perekonomian global yang saat ini kurang menguntungkan.
"Itu sebuah kebijakan internal, pasti sebuah perusahaan yang akan investasi ke luar akan mengkalkulasi berbagai aspek. Setidaknya kondisi environment globalnya memang belum menguntungkan. Mungkin itu juga salah satu pertimbangan," ujar Moeldoko di Jakarta, dikutip Rabu (23/4/2025).
Meskipun LG mundur, Moeldoko optimistis semangat investasi di industri kendaraan listrik di Indonesia tetap tinggi. Terlebih, Periklindo bakal menggelar pameran kendaraan listrik, Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) pada 29 April - 4 Mei 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Pameran itu membidik nilai transaksi sebesar Rp400 miliar.
"Tetapi yang jelas apapun situasinya, kita lihat sendiri bahwa penyelenggaraan PEVS itu gegap gempita, sekarang ini juga menunjukkan bahwa semangat berinvestasi di Indonesia tidak kendur," jelasnya.
Alhasil, menurutnya, mundurnya investasi LG di Indonesia tidak berdampak signifikan terhadap industri kendaraan listrik secara keseluruhan di Tanah Air. Menurutnya, justru hal itu mungkin menguntungkan bagi sebagian pihak karena mengurangi persaingan bisnis.
Baca Juga
"Secara keseluruhan di Indonesia tidak [berdampak] ya, mungkin justru malah ada yang senang. Ini kan berkaitan dengan persaingan bisnis ya," tutur Moeldoko.
Periklindo menilai hal ini bukan berarti menjadi lampu kuning bagi investasi EV di Indonesia. Namun, menurutnya, pemerintah Indonesia juga perlu menciptakan iklim investasi yang sebaik-baiknya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG telah memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) untuk membangun rantai pasokan baterai EV di Indonesia.
Konsorsium itu telah memutuskan untuk menarik proyek tersebut, setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia, karena adanya pergeseran dalam lanskap industri, khususnya EV, yang merujuk pada perlambatan sementara permintaan EV global.
Namun, LG menyatakan akan melanjutkan bisnis yang sudah ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), usaha patungan LG dengan Hyundai Motor Group di Karawang, Jawa Barat.