Bisnis.com, JAKARTA -- Konsep kendaraan ramah lingkungan kini sedang marak diusung sejumlah produsen mobil. Salah satu yang sedang dikembangkan para pabrikan adalah kendaraan bersistem hibrida yang menggunakan bahan bakar hidrogen atau disebut juga fuel cell vehicle (FCV).
Pionir kendaraan dengan konsep tersebut datang dari produsen asal Negeri Sakura, Jepang, yakni Toyota. Dengan mengusung label Mirai – yang dalam Bahasa Indonesia berarti masa depan, mobil ini berhasil mencuri perhatian pencinta otomotif di dunia.
Meskipun sudah pernah ditampilkan dalam ajang Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) pada Agustus lalu sebagai mobil konsep, kiprahnya di pasar komersial sudah resmi sejak akhir 2014.
Ketika itu, mobil ini dibanderol dengan harga 6,7 juta yen atau sekitar Rp800 juta. Dilansir dari laman Antara, keunggulan dari teknologi yang diusung fuel cell yakni mampu mencampur hidrogen dengan oksigen guna menghasilkan reaksi kimia berupa listrik yang disimpan dalam baterai untuk menggerakkan dua motor sebagai penggerak.
Hal tersebut menjadi perbedaan antara FCV dengan mesin konvensional yang menghasilkan tenaga penggerak dengan membakar bahan bakar. Pada FCV, karena tidak ada pembakaran, maka tidak ada CO2 maupun SOC (substance of concern) yang dihasilkan.
Oleh karena itu pula, tidak perlu knalpot. Emisi Mirai hanya air. Meski demikian, sedan empat pintu ini dilengkapi dengan penguat dari boost converter yang mampu mengirim listrik untuk menghasilkan output maksimum 113 kW/ torsi 335 N-m sebagai tenaga utama maupun untuk disimpan di dalam baterai hybrid .
Motor listrik digerakkan langsung oleh FC Stack saat akselerasi. Sedangkan pada kondisi stabil, motor listrik digerakkan oleh baterai. Pengendara dapat mengetahui sumber penggerak motor listrik tersebut melalui indikator di dashboard mobil.
Mirai yang berbobot 1.850 kg ini telah mengadopsi regenerative braking, yaitu energi dari pengereman diubah menjadi listrik untuk memasok baterai. Waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh hidrogen mencapai tiga menit. Dengan hidrogen yang terisi penuh, Mirai bisa berjalan 650 Km per jam.
Saat ini, Toyota hanya mampu memproduksi rata-rata tiga unit Mirai per hari. Rencananya, Toyota akan memproduksi 2.000 unit pada tahun depan dan 3.000 unit pada 2017.
Sebagaimana dikutip Antara, Deputy Chief Engineer Toyota Motor Corporation Yoshikazu Tanaka mengatakan mobil ini dapat digunakan pada negara berkembang jika stasiun pengisian hidrogen sudah ada di negara tersebut. Semakin banyak yang memakai fuel cell, biaya produksi akan semakin murah, bahkan dapat menghemat hingga 40%.
Produsen otomotif asal Korea Selatan KIA juga tak mau ketinggalan. Sebagaimana dilansir dari kianewscenter.com , KIA akan memperkenalkan kendaraan berteknologi fuel cell pada 2020. Pabrikan asal Negeri Ginseng itu menganggap dalam lima tahun ke depan akan banyak pabrikan yang memproduksi kendaraan dengan teknologi tersebut.
Kia juga telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan perusahaan Clean Energy Partnership dari Jerman sejak 2011 untuk membuat kendaraan-kendaraan ramah lingkungan, termasuk mobil yang berteknologi fuel cell ke depan.
Kerjasama itu juga menghasilkan kesepakatan tentang pemasaran mobil tersebut di pasar Eropa. Mengacu laman Worldcarfans, mobil berbahan bakar hidrogen dari Kia akan dibekali dengan mesin berkapasitas 2.0-liter.
Mobil itu juga diklaim akan 5% lebih irit dan 10% lebih kuat dibandingkan dengan kendaraan bermesin konvensional. Mobil itu ditargetkan dapat menempuh jarak 800 Km dan mampu berlari dengan kecepatan maksimal 170 Km per jam.
Tak hanya itu, Kia juga mengklaim bahwa kendaraan berbahan bakar hidrogennya tersebut akan dibuat dengan berbagai inovasi modern yang berkualitas tinggi. Guna mewujudkan mobil tersebut, Kia bekerjasama dengan 300 pemasok bahan produksi. Target produksi mobil ini sudah dibocorkan, yakni sekitar 1.000 unit per tahun dan akan dijual di seluruh dunia.
Dari jajaran produsen mobil mewah, Mercedes-Benz yang asal Jerman juga berencana mengembangan model beremisi air. Rencananya, varian fuel cell komersial pertama Mercy adalah keluarga sport utility vehicle (SUV) baru, GLC. Kombinasi fuel cell dan baterai dari Mercedes-Benz ini ditargetkan mampu menempuh jarak 600 Km, dengan proses isi ulang tangki hidrogen selama 3 menit.
Konsep purwarupa mobil hidrogen dari Mercy ini akan ditampilkan pada Frankfurt Motor Show 2017, disusul dengan proses produksi dan penjualan pada tahun berikutnya. Meski bukan yang pertama di dunia, mobil berteknologi hidrogen itu diklaim akan menjadi yang pertama dari Jerman.
Di dalam negeri, pemerintah sebetulnya telah melihat besarnya potensi dan peluang kendaraan fuel cell di masa depan. Sebagaimana dilansir dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menginisiasi pembentukan Indonesia Association Fuel Cell and Hydrogren Energy (INAFHE).
Asosiasi yang resmi dibentuk pada akhir tahun lalu ini memiliki misi sebagai wadah bagi seluruh pihak yang bergerak di bidang pengembangan fuel cell di Indonesia. Salah satu tujuannya yaitu memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi pada energi fuel cell dan hidr ogen untuk kepentingan masyarakat banyak.
Masyarakat terutama pencinta otomotif tentu sudah tak sabar mencoba sensasi berkendara dengan mobil bertenaga hidrogen. Semoga langkah pemerintah tersebut kian mempermudah akses penggunaan kendaraan bertenaga hidrogen agar dapat segera mengaspal di Nusantara.