Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Vietnam resmi memperpanjang kebijakan pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 8% hingga akhir Juni 2025. Hal itu berpotensi menjadikan Vietnam sebagai magnet investasi pabrikan otomotif di kawasan Asean.
Kebijakan pemerintah Vietnam itu kontras dengan pemerintah Indonesia yang justru berencana menaikkan PPN menjadi 12% yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025.
Pakar otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu menilai langkah pemerintah Vietnam ini bertujuan untuk mendorong konsumsi domestik dan meningkatkan daya saing industri otomotif mereka.
"Penurunan tarif PPN yang pemerintah Vietnam lakukan dapat menurunkan harga jual mobil, sehingga meningkatkan daya beli konsumen dan mendorong pertumbuhan penjualan kendaraan," ujar Yannes kepada Bisnis, Kamis (12/12/2024).
Menurutnya, terlihat bahwa ada perbedaan kebijakan fiskal antara Indonesia dan Vietnam, hal ini mencerminkan strategi masing-masing negara dalam menghadapi tantangan ekonomi dan industri otomotif.
"Jika Indonesia berfokus pada peningkatan pendapatan negara sejak tahap awal melalui kenaikan tarif PPN, meskipun hal ini dapat membebani konsumen dan membuat semakin lemahnya kapasitas industri otomotif kita yang berujung pada potensi PHK," katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Vietnam memilih untuk merangsang konsumsi dan pertumbuhan industri dengan menurunkan tarif PPN, yang diharapkan dapat meningkatkan daya beli konsumen dan mendorong penjualan mobil.
Lebih lanjut dia mengatakan, Vietnam juga menunjukkan komitmen kuat dalam mengembangkan infrastruktur dan mendukung industri otomotif dalam negerinya seperti produksi VinFast yang prinsipalnya adalah orang Vietnam sendiri, mirip dengan Malaysia dengan merek Proton-nya.
"Vietnam, dengan kebijakan perpajakan yang lebih rendah dan insentif yang menarik, berpotensi menjadi tujuan yang lebih menarik bagi produsen otomotif yang mencari lokasi investasi di kawasan Asia Tenggara," pungkas Yannes.
Genjot Investasi di Vietnam
Melansir situs berita resmi Vietnam Net pada Kamis (12/12/2024), ada beberapa perusahaan patungan antara produsen mobil global dengan perusahaan Vietnam yang telah dibentuk.
Misalnya, kemitraan antara Tasco Joint Stock Company dan Geely Auto Group asal China akan membangun pabrik di Vietnam dengan kapasitas produksi yang direncanakan sebesar 75.000 unit per tahun.
Selain itu, Geleximco dan Chery asal China juga telah bermitra untuk memperkenalkan lini mobil Omoda dan Jaecoo ke pasar Vietnam, dengan perkiraan investasi sebesar US$800 juta untuk fasilitas manufaktur baru.
"Skoda Auto asal Ceko juga telah memilih Vietnam sebagai lokasi pabrik perakitan pertamanya di Asia Tenggara, yang menandai tonggak penting bagi sektor otomotif di kawasan tersebut," tulisnya.
Tak ketinggalan, TMT Motors bekerja sama dengan Usaha Patungan GM-SAIC-Wuling untuk fokus pada manufaktur dan distribusi kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Adapun, pemerintah Vietnam telah menetapkan target ambisius untuk industri otomotif. Sasaran dalam strategi tersebut mencakup proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 14-16% untuk pasar kendaraan domestik hingga 2030, dengan penjualan mencapai 1 juta sampai 1,1 juta unit per tahun.