Bisnis.com, JAKARTA — PT Hartono Istana Teknologi atau Polytron resmi meluncurkan mobil listrik pertama yakni Polytron G3 dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 40%. Polytron menggandeng Skyworth Auto, produsen EV China dalam perakitan mobil listrik perdananya ini.
Adapun, mobil listrik Polytron G3 dibanderol harga mulai dari Rp299 juta dan Polytron G3+ Rp399 juta dengan sistem sewa baterai seharga Rp1,2 juta per bulan. Jarak tempuh mobil listrik bergaya SUV ini diklaim mencapai 800 km.
Direktur Komersial Polytron, Tekno Wibowo mengatakan pihaknya tetap terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki tujuan serupa yakni membangun industri mobil listrik di Indonesia.
“Kita mencari partner yang punya visi yang sama dengan kita, kita mencari produknya sesuai apa ngga, kalau sesuai baru kita lakukan penyesuaian sehingga produknya cocok untuk market Indonesia,” ujar Tekno dalam peluncuran Polytron G3 di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Dia pun menerangkan bahwa TKDN Polytron G3 telah mencapai 40% dengan berbagai part yang diproduksi lokal seperti speaker. Kendati demikian, sertifikasi TKDN masih menunggu dari Kementerian Perindustrian.
Tekno menturkan baterai yang digunakan pada mobil listrik ini berbasis Lithium iron phosphate (LFP). Sebab, LFP dinilai lebih aman untuk merek EV baru Polytron.
Baca Juga
“Kalau baterai kita kebetulan sudah ada supplier lokal, jadi 40% saya kira itu sebagiannya,” imbuhnya.
Target Jual 1.500 Unit
Di sisi lain, pihaknya menargetkan penjualan 1.500 unit hingga akhir tahun. Adapun, booking pesanan sudah mulai dilakukan dan akan mulai pengiriman pada pertengahan Juli 2025 mendatang.
“Untuk tahun ini kita targetkan ada 8 showroom baru yang khusus untuk penjualan mobil. Sementara untuk dealer, tahap awal ini sudah ada beberapa yang tertarik, masih dalam masa penjajakan,” jelasnya.
Sebelumnya, Chief Executive Officer Polytron, Hariono peluncuran Polytron G3 & G3+ adalah langkah untuk membawa kendaraan listrik lebih dekat dengan masyarakat luas dengan menawarkan BaaS sebagai solusi atas biaya akuisisi awal yang tinggi.
“Kita ingin berkontribusi mendikung program pemerintah, Indonesia punya komitmen di paris agreement yaitu komitmen untuk menurunkan emisi karbon NZE dgn kita masuk ke industri yang ramah lingkungan ini kita support. Ke depannya bisnis kita akan lebih fokus ke bisnis yang ramah lingkungan,” terangnya.