Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Toyota Waswas Penjualan Mobil Indonesia Disalip Malaysia

Toyota khawatir penjualan mobil Indonesia disalip Malaysia karena penurunan penjualan 12% di Q2 2025. Malaysia unggul dengan dukungan merek lokal dan pertumbuhan EV.
Pengunjung mengamati mobil Toyota Zenix yang diuji coba menggunakan bahar bakar bioethanol E10 pada pameran otomotif GAIKINDO Jakarta Auto Week 2024, di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (22/11/2024) - Bisnis/Himawan L Nugraha.
Pengunjung mengamati mobil Toyota Zenix yang diuji coba menggunakan bahar bakar bioethanol E10 pada pameran otomotif GAIKINDO Jakarta Auto Week 2024, di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (22/11/2024) - Bisnis/Himawan L Nugraha.
Ringkasan Berita
  • Penjualan mobil Indonesia mengalami penurunan 12% pada kuartal kedua 2025, sementara Malaysia hanya turun 1%, membuat Malaysia melampaui Indonesia dalam penjualan kuartalan.
  • Kesuksesan penjualan mobil Malaysia didukung oleh merek lokal seperti Perodua dan Proton, serta pertumbuhan penjualan kendaraan listrik dan hybrid.
  • Pasar otomotif Indonesia tertekan oleh faktor ekonomi seperti pelemahan daya beli dan pengetatan kredit, yang diperparah oleh penurunan populasi kelas menengah.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Produsen mobil asal Jepang, PT Toyota Astra Motor (TAM) waswas pasar mobil Indonesia mulai kehilangan taringnya di kawasan Asia Tenggara setelah disalip oleh Malaysia.

Menilik data Nikkei Asia, penjualan mobil Malaysia sepanjang kuartal kedua tahun ini hanya turun 1% (year-on-year/YoY) menjadi 183.366 unit. Sementara itu, penjualan mobil Indonesia merosot 12% menjadi 169.578 unit pada periode April-Juni 2025.

Alhasil, penjualan kendaraan di Malaysia itu telah melampaui Indonesia secara kuartalan, meski populasi Negeri Jiran hanya sekitar 34 juta jiwa, jauh di bawah Indonesia yang mencapai lebih dari 280 juta jiwa.  

Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Jap Ernando Demily mengatakan, memasuki semester II/2025, Toyota berharap pasar bisa tumbuh lebih positif dengan bantuan beberapa stimulus dari pemerintah, salah satunya menuju musim liburan akhir tahun. 

"Apalagi beberapa hari terakhir, tersebar kabar bahwa market Indonesia yang konsisten memimpin pasar otomotif Asean mulai goyah," ujar Ernando kepada Bisnis, dikutip Kamis (14/8/2025).

Pasar otomotif domestik pun lanjut melemah pada periode Januari-Juli 2025. Data Gaikindo mencatat, total penjualan mobil wholesales sebanyak 435.390 unit, atau merosot 10,1% (year-on-year/YoY) dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebanyak 484.250 unit.

Penjualan mobil secara ritel pun menyusut 10,8% menjadi 453.278 unit, dibandingkan pada periode yang sama pada 2024 yang sebanyak 508.041 unit.

"Rasanya berita ini cukup untuk menjadi wake up call bagi seluruh pelaku industri otomotif nasional dan pemerintah untuk berkolaborasi menggairahkan pasar, di tengah kondisi yang menantang ini," jelas Ernando.

Adapun, capaian penjualan wholesales Toyota sebanyak 142.751 unit pada Januari-Juli 2025. Sementara itu, penjualan ritelnya tembus 147.078 unit. Beberapa model andalan Toyota yakni Kijang Innova, Avanza-Veloz hingga Agya.

Diberitakan sebelumnya, laporan Nikkei Asia menyebut, kinerja penjualan Malaysia ditopang oleh dua merek mobil nasional, yakni Perodua dan Proton yang menyumbang 63% dari total penjualan pada paruh pertama 2025.

Kesuksesan dua merek lokal Malaysia itu tak lepas dari dukungan teknologi dan investasi dari dua raksasa otomotif dunia. Misalnya, Daihatsu mendukung Perodua, sedangkan Proton mendapat suntikan dari Geely asal China yang menguasai hampir 50% saham. Selain itu, peran pemerintah dalam memproteksi industri nasional juga menjadi faktor pendukung.

Pasar mobil Malaysia juga terdorong oleh pertumbuhan penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan mobil hybrid. Pada semester I/2025, penjualan EV Malaysia melonjak 91% secara tahunan menjadi 12.733 unit. Sementara itu, penjualan kendaraan hibrida tumbuh 12% menjadi 17.480 unit.

Di sisi lain, pasar otomotif Indonesia menghadapi tekanan berat, sehingga penjualan mobil nasional anjlok. Tekanan ekonomi, pelemahan daya beli, dan pengetatan kredit konsumen dinilai menjadi penyebab utama.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa masyarakat kelas menengah Indonesia mengalami kontraksi, dari 21,4% populasi pada 2019 menjadi hanya 17,1% pada 2024. Dampaknya terasa langsung pada sektor otomotif dan industri lain yang bergantung pada konsumsi rumah tangga menengah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro