Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangsa Pasar Kendaraan Listrik Asean Makin Perkasa

Pangsa pasar kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara diperkirakan bakal menembus 30% pada 2030
Deretan mobil listrik berada di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) milik Hyundai di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Deretan mobil listrik berada di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) milik Hyundai di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pangsa pasar kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara diperkirakan bakal menembus 30% dari seluruh penjualan berbagai jenis kendaraan pada 2030. Meski, proyeksi ini masih berada di bawah ekspektasi dari pemerintah di wilayah ini.

Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) bertajuk Global EV Outlook 2025: Expanding sales in diverse markets.

Laporan yang dipublikasikan pada Rabu (14/5/2025) tersebut mengungkapkan bahwa proyeksi itu didasarkan dari kebijakan kendaraan listrik di negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Menurut laporan tersebut, Indonesia sebagai pasar mobil kedua terbesar di kawasan ini telah memperkenalkan serangkaian kebijakan yang cukup efektif untuk memenuhi target adopsi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang ambisius.

Salah satu insentif utama yang memberikan impak yang cukup baik adalaj pengenalan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan EV di pasar domestik pada April 2023. Kebijakan ini pun terus berlanjut hingga 2025.

Selain itu, laporan ini juga mengungkap bahwa Indonesia juga menerapkan kebijakan manufaktur dan perdagangan EV saat ini dengan memberikan pembebasan bea masuk (BM) untuk kendaraan listik yang dibuat oleh produsen yang berkomitmen untuk membangun fasilitas manufaktur dalam negeri pada 2026.

Laporan IEA itu juga menunjukkan bahwa berdasarkan kebijakan yang ada, pangsa penjualan mobil listrik khusus untuk pasar Indonesia akan mencapai 25% pada 2030. Angka ini naik dari perkiraan pangsa pasar EV di Indonesia yang hanya 9% pada tahun ini.

Dengan kata lain, akan ada hampir 1 juta mobil listrik yang beredar di Indonesia pada 2030 apabila mengacu pada skenario kebijakan negara (Stated Policies Scenario/STEPS). Akan tetapi, angka ini masih jauh berada di bawah target Pemerintah Indonesia yang mematok mobil berbasis setrum sebanyak 2 juta unit pada 2030.

Selain itu, IEA juga menyebut bahwa negara ini mematok ada 13 juta sepeda motor listrik yang beredar di pasar pada 2030. Menurut laporan tersebut, pangsa pasar sepeda motor listrik beroda dua dan tiga akan meningkat menjadi 30% pada 2030, melompat tinggi dari proyeksi 2024 yang diperkirakan kurang dari 2%. Hanya saja, IEA menyebut bahwa pertumbuhan yang kuat ini pun masih lebih rendah dari target Pemerintah Indonesia untuk sepeda motor listrik.

Laporan IEA itu juga mengungkapkan bahwa beberapa negara Asia Tenggara lainnya baru-baru ini juga mengadopsi kebijakan manufaktur dan perdagangan untuk memfasilitasi impor EV sekaligus mengembangkan manufaktur kendaraan listrik dalam negeri.

Di sebagian besar negara ini, perkembangan kebijakan tersebut disertai dengan langkah-langkah untuk mendukung adopsi EV. Malaysia, misalnya, yang merupakan pasar mobil terbesar di kawasan ini pada 2024,membebaskan bea masuk, biaya pendaftaran, dan pajak jalan mobil listrik hingga akhir 2025. Tenggat pun bisa hingga 2027 jika EV diproduksi secara lokal.

Sementara itu, Thailand, pasar mobil terbesar ketiga di Asia Tenggara pada 2024, menerapkan serangkaian langkah yang disebut Kebijakan EV 3.5 untuk mendukung peluncuran mobil penumpang listrik, truk pikap, dan sepeda motor.

Skema baru yang diadopsi pada 2024 ini dirancang sebagai kelanjutan dari Kebijakan EV 3.0 sebelumnya, sekaligus memberikan lebih banyak waktu kepada produsen BEV (Battery Electric Vehicle) untuk memenuhi komitmen produksi mereka berdasarkan versi 3.0 guna membantu menghindari kelebihan pasokan.

Menurut IEA, Pemerintah Thailand akan menetapkan subsidi pembelian baru dan pembebasan pajak jalan hingga 2027 di bawah kerangka kerja baru ini, termasuk beberapa insentif juga untuk kendaraan hibrida, bersama dengan penghapusan bea masuk untuk OEM (Original Equipment Manufacturer) yang berkomitmen untuk memproduksi EV di dalam negeri.

Adapun, Filipina, Vietnam, dan Singapura juga telah mengadopsi kebijakan untuk mengurangi bea masuk, membebaskan EV dari pajak cukai, atau menetapkan mandat kendaraan listrik untuk lebih mendukung adopsi di kawasan ini.

Tak ayal, IEA berpandangan bahwa prospek penjualan EV di Asia Tenggara cerah, berkat perannya yang berkembang sebagai pusat manufaktur, dan serangkaian kebijakan manufaktur, perdagangan, dan sisi permintaan yang mendukung elektrifikasi transportasi jalan.

Bahkan, IEA memproyeksikan bahwa berdasarkan kebijakan yang ada, penjualan mobil listrik di Asia Tenggara kemungkinan akan mencapai 25% dari total penjualan mobil pada 2030. Moda kendaraan lain juga diperkirakan akan membuat kemajuan signifikan dalam elektrifikasi, dengan kendaraan listrik roda dua dan tiga melampaui pangsa penjualan 30% dan bus listrik mendekati 15%.

"Secara keseluruhan, di semua segmen kendaraan, pangsa penjualan EV di Asia Tenggara mendekati 30% pada 2030 dalam skenario STEPS," tulis laporan itu.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menambahkan bahwa data yang ia miliki menunjukkan, meskipun ada ketidakpastian yang signifikan, mobil listrik tetap berada pada jalur pertumbuhan yang kuat secara global. Bahkan, imbuhnya, penjualan terus mencetak rekor baru, dengan implikasi besar bagi industri otomotif internasional.

"Tahun ini, kami memperkirakan lebih dari satu dari empat mobil yang terjual di seluruh dunia adalah listrik, dengan pertumbuhan yang semakin cepat di banyak negara berkembang. Pada akhir dekade ini, diperkirakan lebih dari dua dari lima mobil akan menjadi listrik seiring dengan semakin terjangkaunya [harga] EV," jelasnya dalam keterangan resminya, Rabu (14/5/2025).

IEA menegaskan bahwa ketidakpastian atas pertumbuhan ekonomi global dan evolusi kebijakan perdagangan dan industri dapat memengaruhi prospek. Akan tetapi, penjualan EV didukung oleh harganya yang makin terjangkau.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Lukas Hendra TM
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper