Bisnis.com, JAKARTA - Emiten komponen otomotif Grup Triputra milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) tengah mengincar peluang dari ramainya merek mobil listrik (battery electric vehicle/BEV) asal China yang mendominasi di Tanah Air.
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengatakan, deretan pabrikan mobil listrik asal China itu masih menikmati sejumlah insentif dari pemerintah, baik yang mengimpor secara utuh (completely built up/CBU) maupun yang berkomitmen untuk merakit lokal di Indonesia (completely knocked down/CKD).
"Kami melihat hal tersebut sebagai peluang. Insentif yang diberikan oleh pemerintah seperti pembebasan PPnBM, pajak pertambahan nilai itu akan berakhir di Desember 2025," ujar Irianto kepada Bisnis, dikutip Senin (23/6/2025).
Mengacu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 (PMK 12/2025), pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik yang diproduksi di dalam negeri (completely knocked down/CKD) dengan syarat minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 40%.
Salah satu pabrikan China yang menikmati insentif ini di antaranya yakni Wuling dengan mobil listrik Air EV, Binguo EV hingga Cloud EV yang sudah memenuhi syarat TKDN 40%. Wuling memiliki pabrik yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.
Selain PPN DTP 10%, pemerintah membebaskan bea masuk dan PPnBM untuk impor utuh (completely built up/CBU) BEV bagi produsen yang berkomitmen membangun pabrik di Indonesia seperti BYD, Aion dan Geely.
Baca Juga
"Hal itu berarti tahun depan akan diberlakukan sama, kecuali merek-merek baru yang sudah membangun pabrik dan fasilitasnya di Indonesia karena itu memang persyaratannya," ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu dipantau apakah para pemain mobil listrik baru dari China ini benar-benar serius untuk membangun industri di Indonesia.
Lebih lanjut dia mengatakan, perseroan juga terus berupaya untuk mengembangkan core engineering, dengan tujuan menghasilkan produk komponen yang belum dilokalisasi di Indonesia.
"Dengan adanya persyaratan TKDN dan juga berbagai insentif pemerintah untuk kendaraan listrik, kami melihat ini sebagai peluang yang besar bagi pertumbuhan bisnis kami ke depannya," pungkas Irianto.
Meninjau kinerja keuangannya, DRMA meraup laba bersih sebesar Rp142,71 miliar per kuartal I/2025. Laba itu tumbuh 6,97% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebesar Rp133,4 miliar.
Raupan laba DRMA didorong oleh penjualan bersih yang naik 9,77% yoy pada kuartal I/2025 menjadi Rp1,46 triliun, dibandingkan Rp1,33 triliun pada kuartal I/2024.
Segmen kendaraan roda dua (2W) menjadi mesin utama penghasil pendapatan DRMA dengan membukukan penjualan sebesar Rp926,5 miliar, meningkat 15,6% yoy. Segmen usaha roda dua pun menyumbang 63% dari total penjualan Dharma Polimetal.