Bisnis.com, JAKARTA — Produsen mobil Jepang memangkas harga ekspor ke Amerika Serikat (AS) dalam skala terbesar sepanjang sejarah. Langkah ini dilakukan sebagai upaya mempertahankan daya saing di tengah tekanan tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Berdasarkan laporan Bank of Japan (BoJ) yang dirilis Kamis (10/7/2025), indeks harga ekspor kendaraan bermotor ke Amerika Utara anjlok 19,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Juni 2025. Penurunan ini menjadi yang paling tajam sejak 2016.
Langkah pemangkasan harga ini menunjukkan siasat pabrikan mobil Jepang dalam menahan kenaikan harga di pasar Amerika Serikat, meskipun tarif impor kendaraan sebesar 25% telah berlaku sejak awal April 2025.
Kendati demikian, strategi tersebut memunculkan kekhawatiran atas kemampuan perusahaan menjaga profitabilitas dan keberlanjutan kenaikan upah, yang menjadi salah satu fokus utama BoJ dalam mendorong inflasi berkelanjutan.
Laporan Bank Sentral Jepang juga mencatat indeks harga produsen secara keseluruhan naik 2,9% secara tahunan pada Juni, melambat dibandingkan kenaikan 3,3% pada bulan sebelumnya, seiring penurunan harga minyak dan baja.
Gubernur BoJ Kazuo Ueda pekan lalu menyatakan akan terus memantau apakah siklus kenaikan upah dan inflasi dapat bertahan di tengah tekanan tarif AS, guna menentukan waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga berikutnya.
Baca Juga
Selain tarif pada sektor otomotif dan baja yang sudah berlaku, Presiden Trump pada Senin (7/7) mengumumkan bahwa tarif impor untuk seluruh produk Jepang akan dinaikkan menjadi 25% mulai 1 Agustus 2025 mendatang.
Di sisi lain, sejumlah produsen mobil Jepang seperti Subaru Corp. memang telah menaikkan harga jual secara terbatas. Namun, data ekspor menunjukkan Jepang tetap menahan kenaikan harga secara agresif.
Pada Mei 2025, nilai ekspor mobil Jepang ke AS, yang mencakup sekitar seperempat dari total ekspor Jepang ke negara tersebut, merosot 24,7% secara nilai. Meski demikian, volume pengiriman hanya turun 3,9%.