Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang dinaungi oleh PT Astra International Tbk. (ASII) menorehkan penjualan moncer di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang digelar pada 24 Juli-3 Agustus 2025 di ICE BSD City, Tangerang.
Chief Executive PT Astra International Tbk., Daihatsu Sales Operation, Fredy Handjaja mengatakan, perseroan mencatatkan total surat pemesanan kendaraan (SPK) sebanyak 580 unit selama GIIAS 2025.
“Dengan kondisi ekonomi yang penuh tantangan seperti saat ini, konsumen lebih selektif memilih kendaraan dan semakin percaya terhadap inovasi yang ditawarkan Daihatsu," ujar Fredy dalam keterangannya, Selasa (5/8/2025).
Secara terperinci, Rocky Hybrid yang baru saja meluncur di GIIAS mendapatkan SPK tertinggi 147 unit, disusul Gran Max series sebanyak 134 unit, dan Sigra 123 unit.
Menurutnya, konsumen Daihatsu mengincar mobil yang menawarkan efisiensi bahan bakar tinggi, sehingga Rocky Hybrid menjadi primadona.
"Efisiensi dan konsumsi bahan bakar yang hemat merupakan faktor utama yang dibutuhkan saat ini, dan hal tersebut mampu dijawab oleh teknologi kendaraan Daihatsu, khususnya Rocky Hybrid," katanya.
Baca Juga
Sebagai informasi, Daihatsu Rocky Hybrid dibanderol seharga Rp293,9 juta. Mobil itu masih diimpor secara utuh (completely built up/CBU) dari Jepang, dan belum diketahui kapan Daihatsu akan merakit lokal mobil tersebut.
Menilik spesifikasinya, Rocky Hybrid menggunakan mesin bensin 1.200 cc WA-VEX yang terintegrasi dengan baterai Hybrid sebesar 177,6 volt, serta transmisi khusus hybrid Transaxle.
Motor listrik Rocky Hybrid diklaim mampu menghasilkan tenaga maksimum sebesar 106 PS dan torsi maksimum 170 Newton meter. Dalam hal efisiensi bahan bakar, Rocky Hybrid disebut mampu mencapai 28 kilometer per liter, dengan mode pengujian WLTC.
Kendati demikian, total pengunjung di booth Daihatsu sebanyak 80.000 orang selama pameran GIIAS 2025 berlangsung. Artinya, dari total pengunjung, hanya 0,72% konsumen yang kemudian melanjutkan pemesanan sebanyak 580 SPK.
Hal itu mengingatkan pada fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya) yang mencuat di sejumlah pusat perbelanjaan sebagai cerminan melemahnya minat belanja masyarakat.
Kondisi ini dinilai berkaitan erat dengan tekanan terhadap daya beli, yang tak hanya dialami oleh masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi juga merambah kalangan menengah hingga atas, seiring tren menahan belanja di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.