Bisnis.com, JAKARTA – Toyota Motor Corp. memperluas aliansi dengan Uber Technologies Inc. melalui investasi baru senilai US$500 juta dalam rencana pengembangan mobil swakemudi (self-driving cars).
Kesepakatan antara kedua perusahaan memberi valuasi bagi raksasa taksi online global itu senilai US$72 miliar, menurut sumber terkait.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Toyota akan memproduksi minivan Sienna yang dilengkapi dengan teknologi swakemudi dari Uber, sedangkan perusahaan lain akan mengoperasikan armada tersebut. Masih belum diketahui perusahaan lain mana yang bakal digandeng.
Kabar tentang investasi ini sebelumnya dilaporkan The Wall Street Journal. Meski awalnya menolak berkomentar, juru bicara untuk Uber dan Toyota kemudian mengonfirmasikan kabar tersebut.
“Sejak 2015, kami telah berupaya untuk menghadirkan teknologi swakemudi yang aman dan andal ke jaringan Uber,” ujar Eric Meyhofer, kepala Grup Teknologi Lanjut Uber, dalam sebuah blog pada Senin sore (27/8/2018), seperti dikutip Bloomberg.
"Kami tahu kami tidak dapat melakukannya sendiri, itulah sebabnya kami terus bermitra dengan produsen-produsen kendaraan kelas dunia untuk membuat visi kami menjadi kenyataan."
Baca Juga
Dara Khosrowshahi, CEO Uber, berupaya menstabilkan perusahaan tersebut setelah mengalami tahun yang berat akibat terganjal skandal perusahaan dan kasus taksi Uber swakemudi yang menabrak seorang pejalan kaki hingga tewas.
Selama periode tersebut, harga saham Uber telah mengalami pasang surut. Kesepakatan dengan Toyota meningkatkan valuasi Uber sebesar 15% dari investasi terakhir serta setara dengan nilai saham yang diberikan kepada perusahaan pengembangan teknologi Waymo milik Alphabet Inc. setelah Uber menyelesaikan gugatan seputar mobil swakemudi. Sekelompok investor sebelumnya memberi valuasi pada Uber senilai US$62 miliar awal tahun ini.
Uber telah mengembangkan strategi swakemudi tiga pilar. Uber membeli Volvo, mengaplikasikan mobil dengan teknologi swakemudi, dan mengoperasikan armada sendiri. Di sisi lain, Daimler AG akan memiliki dan mengoperasikan mobil swakemudi sendiri pada jaringan Uber. Kesepakatan dengan Toyota menjadi pilar ketiga, di mana Uber melisensikan teknologinya.
Pengujian di jalan umum dengan mobil Volvo swakemudi oleh Uber masih ditahan setelah salah satu kendaraannya menewaskan seorang pejalan kaki di Tempe, Arizona, pada Maret.
Uber telah menonaktifkan sistem pengereman otomatis Volvo di kendaraan itu, yang telah menimbulkan keraguan tentang keselamatan. Insiden itu pun mencoreng program mobil swakemudi perusahaan yang nilainya dipastikan tidak sedikit, sekaligus memberi alasan lain bagi produsen mobil untuk khawatir bekerja sama dengan Uber.
Meski demikian, Toyota terus mempertahankan kerja sama dengan Uber sejak investasi awalnya pada 2016. Toyota Financial Services Corp telah memberikan insentif kepada para pengemudi Uber untuk membeli kendaraan milik perusahaan.
Seperti halnya perusahaan penyewaan tradisional seperti Avis Budget Group Inc., Toyota juga mencoba menjual layanan manajemen armada Uber berdasarkan volume data yang dihimpunnya dari mobil-mobil yang terhubung. Layanan ini termasuk kemampuan memantau apakah mobil dirawat dengan baik atau dikendarai terlalu agresif.
Dalam kemitraan terpisah seputar pengembangan kendaraan swakemudi yang diuraikan pada Januari, seorang juru bicara Toyota mengatakan Uber tidak akan mematikan fitur keamanan internal Toyota, termasuk radar dan sensor lain yang membantu mengantisipasi apa yang dilakukan kendaraan dan pejalan kaki lain di sekitar kendaraan.