Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Jor-Joran Investasi Mobil Listri di Luar Negeri

Perusahaan China investasi US$16 miliar di luar negeri untuk kendaraan listrik, melebihi investasi domestik. Ekspansi ini didorong pasar jenuh dan tarif impor.
Lokasi konstruksi pabrik kendaraan listrik (EV) baru BYD di Camacari, Brasil, 26 Desember 2024./REUTERS-Joa Souza
Lokasi konstruksi pabrik kendaraan listrik (EV) baru BYD di Camacari, Brasil, 26 Desember 2024./REUTERS-Joa Souza

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan China di sektor kendaraan listrik untuk pertama kalinya mencatatkan investasi di luar negeri lebih besar daripada di dalam negeri sepanjang 2024. Aksi ini dilakukan meski proyek internasional menghadapi biaya lebih tinggi, penundaan, serta risiko politik dan regulasi.

Menurut laporan Bloomberg mengutip laporan lembaga riset Rhodium Group yang dirilis Senin (18/8/2025), total investasi perusahaan China untuk rantai pasokan kendaraan listrik mencapai sekitar US$16 miliar di luar negeri, lebih besar dibandingkan US$15 miliar di dalam negeri. Selama bertahun-tahun sebelumnya, sekitar 80% investasi masih berpusat di pasar domestik.

"Fakta bahwa investasi luar negeri kini melampaui investasi dalam negeri mencerminkan pasar China yang jenuh dan daya tarik strategis untuk berekspansi ke luar negeri demi imbal hasil yang lebih tinggi," ujar Armand Meyer, analis riset senior di Rhodium dan salah satu penulis laporan tersebut.

Sekitar tiga perempat dari total investasi ke luar negeri berasal dari produsen baterai, industri yang dikenal padat modal. Nama-nama besar seperti Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), Envision Group, dan Gotion High-Tech Co. memperluas produksi ke luar negeri mengikuti jejak klien global seperti Tesla Inc. dan BMW AG. Ekspansi ini didorong oleh tarif impor yang memberatkan di Eropa dan Amerika Serikat, tingginya biaya transportasi, serta tuntutan pelanggan asing akan pasokan lokal.

CATL, produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia, pada Juni lalu menyebut ekspansi global sebagai “prioritas utama” di tengah ketatnya persaingan di pasar otomotif domestik. BYD Co., produsen mobil terbesar di China, sudah memiliki pabrik di Brasil dan Thailand, serta merencanakan fasilitas baru di Turki dan Indonesia. Chery Automobile Co. juga berkomitmen membangun pabrik kendaraan listrik senilai US$1 miliar di Turki.

Meski demikian, proyek di luar negeri berjalan lebih lambat dan berisiko tinggi. Hanya 25% proyek manufaktur kendaraan listrik di luar negeri yang rampung, jauh lebih rendah dari tingkat penyelesaian di dalam negeri yang mencapai 45%. Proses pembangunan pabrik baterai di China umumnya memakan waktu 3–12 bulan, sementara di luar negeri bisa mencapai 10–24 bulan.

Beberapa perusahaan bahkan menunda atau membatalkan ekspansi. BYD bulan lalu menangguhkan rencana pembangunan pabrik besar di Meksiko tanpa batas waktu akibat ketidakpastian perdagangan di bawah kebijakan Presiden AS Donald Trump. Svolt Energy Technology Co., produsen baterai asal China utara, disebut membatalkan 99% investasi luar negeri yang sebelumnya diumumkan.

Rhodium menilai, ekspansi global perusahaan kendaraan listrik Tiongkok masih dibayangi tantangan, mulai dari permintaan global yang tidak merata, penolakan di pasar seperti Uni Eropa, hingga potensi kontrol ketat dari pemerintah Beijing yang khawatir atas transfer teknologi dan hilangnya lapangan kerja di dalam negeri


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro