Bisnis.com, JAKARTA- Neraca dagang kendaraan bermotor atau otomotif yang berkode HS 87 dan 98, mengalami defisit pertama kali sejak 2013. Hingga Mei, defisit itu tercatat sebesar US$95,9 juta, salah satunya akibat impor deras produk otomotif dari India.
India yang belakangan bisa menembus pasar Indonesia dengan aliran produk otomotif. Transaksi perdagangan dengan India menyebabkan defisit US$233,37 juta, dihasilkan dari nilai ekspor US$18,03 juta dan nilai impor sebesar US$251,4 juta.
Selama tahun berjalan Januari-Mei tahun ini, neraca dagang otomotif (HS 87 dan HS 98) mengalami defisit. Terdapat lima negara, yakni Jepang, Thailand, China, India, dan Korea Selatan yang memupus surplus ekspor-impor produk otomotif.
Selama lima bulan pertama tahun ini, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor kendaraan bermotor dan bagiannya (otomotif) mencapai US$3,79 miliar. Sebaliknya, nilai impor pada saat bersamaan tercatat sebesar US$3,89, sehingga menghasilkan defisit sekitar US$95,9 juta.
Mengacu data tersebut, Indonesia banyak mengimpor produk kendaraan angkutan barang. Produk dengan kode HS 87041037 yang diimpor dari India mencapai nilai US$109,28 juta.
Produk otomotif kedua terbesar dari India adalah mobil angkutan barang semi diesel dengan bobot 24 sampai 45 ton. Produk impor CBU (completely built up) berkode HS 87042369 diimpor senilai US$37,14 juta selama Januari-Mei tahun ini.
Baca Juga
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), kendaraan komersial yang secara langsung diimpor dari India antara lain Mercedes-Benz (Daimler) Axor, beberapa model UD Trucks, Mitsubishi Fuso FJ, sekaligus prinsipal India Tata Motors.
Selain kendaraan komersial, impor dari India pun terkait dengan peredaran beberapa merk mobil penumpang. Sebut saja, misalnya, Suzuki Ignis, Suzuki S-Cross, Kia Seltos, dan Kia Sonet.