Bisnis.com, JAKARTA – Produsen komponen otomotif lokal, PT Mitra Abadi Autoparts melalui merek dagang LKS Autoparts, mengungkapkan sejumlah strategi untuk tetap bertahan di tengah lesunya pasar domestik yang memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Managing Strategist PT Mitra Abadi Autoparts, Yudi Aditya Putra mengatakan, perseroan telah mampu bertahan selama 25 tahun melayani konsumen pasar Indonesia sejak 2000.
Salah satu kuncinya, lanjut Yudi, perseroan memproduksi suku cadang pengganti (aftermarket) dengan kualitas yang di atas rata-rata, serta jaminan garansi yang panjang.
"Produk-produk LKS Autoparts diproduksi oleh pabrikan-pabrikan terbaik di dunia untuk aftermarket, yang telah dipasok ke lebih dari 120 negara dan region di seluruh dunia," jelasnya melalui keterangan resmi, dikutip Selasa (26/8/2025).
Bahkan, LKS Autoparts mengklaim kualitas produknya setara dengan standar Original Equipment Manufacturer (OEM). Komponen seperti drive shaft, hub bearing, dan shock absorber diproduksi dengan standar tinggi sehingga diklaim mampu memberikan performa optimal serta daya tahan yang mumpuni.
"Tidak hanya itu, suku cadang LKS Autoparts dapat dipasang secara langsung tanpa perlu usaha lebih [sistem plug and play] karena dibuat khusus untuk serial parts yang dimaksud," ujar Yudi.
Baca Juga
Yudi juga mengungkapkan bahwa pada tahun ini, perusahaan berencana melakukan pembaruan kemasan (packaging) produk LKS Autoparts yakni CV joint dan drive shaft guna menjaga kualitas komponen yang dipasarkan.
"Pada 2025 ini, kami akan mengeluarkan packaging baru. Hal itu dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa LKS Autoparts selalu menjaga kualitasnya," pungkas Yudi.
Badai PHK Melanda Industri Komponen
Sebelumnya, Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) buka-bukaan mengenai kondisi industri komponen otomotif Tanah Air yang kini dilanda badai pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmat Basuki mengonfirmasi bahwa terjadi PHK massal di beberapa perusahaan komponen otomotif, sejalan dengan lesunya penjualan kendaraan di pasar domestik.
"Benar, beberapa anggota GIAMM ada yang mengurangi jumlah karyawan, dikarenakan penurunan domestic market," ujar Basuki, Selasa (26/8/2025).
Lebih lanjut dia mengatakan, kondisi itu diperparah dengan banjir impor mobil listrik (battery electric vehicle/BEV) secara utuh alias completely built up (CBU) yang kian menggerus penjualan komponen lokal.
"Sudah market turun, ditambah banyaknya CBU masuk, baik EV maupun truk. Artinya suplai anggota GIAMM ke pabrikan mobil semakin sedikit," jelasnya.
Mengacu data Gaikindo, sepanjang Januari-Juli 2025, total penjualan mobil wholesales sebanyak 435.390 unit, atau merosot 10,1% (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebanyak 484.250 unit.
Penjualan mobil secara ritel pun menyusut 10,8% menjadi 453.278 unit, dibandingkan pada 7 bulan pertama 2024 yang sebanyak 508.041 unit.
Di lain sisi, penjualan wholesales mobil listrik murni pada 7 bulan pertama 2025 tembus sebanyak 42.178 unit. Bahkan, angka itu nyaris melampaui capaian penjualan mobil listrik sepanjang 2024 di angka 43.188 unit.