Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan progres pembangunan pabrik kendaraan listrik (electric vehicle/EV) milik produsen otomotif BYD hingga VinFast.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono mengatakan totalnya ada enam perusahaan yang terdaftar dalam program insentif impor mobil listrik, di antaranya yakni BYD, VinFast, Geely, XPeng, GWM, dan PT National Assemblers.
“Terkait dengan regulasi tersebut, sampai dengan saat ini ada enam perusahaan yang mengikuti program insentif importasi CBU. Dari total 6 perusahaan tersebut, ada penambahan investasi sebesar kurang lebih Rp15 triliun,” ujar Tunggul di Kantor Kemenperin, dikutip Selasa (26/8/2025).
Mengacu data Kemenperin, pabrik PT National Assemblers yang menaungi beberapa merek seperti Citroen, Aion, Maxus dan VW melakukan perluasan kapasitas produksi dengan total nilai investasi sekitar Rp621,15 miliar. Fasilitas produksi itu pun sudah siap beroperasi.
“Lalu ada juga dua perusahaan yang membangun pabrik baru, yaitu BYD Indonesia dan VinFast Automobile,” ujarnya.
Perlu diketahui, BYD dan VinFast membangun pabrik di Subang, Jawa Barat yang diestimasikan rampung pada akhir 2025 mendatang. Kemenperin pun melaporkan progres pembangunan dua pabrik EV tersebut.
Baca Juga
Adapun, pembangunan pabrik PT BYD Auto Indonesia yang dilaporkan baru mencapai 45% per Mei 2025. Pabrik EV asal China itu memiliki kapasitas produksi 150.000 unit per tahun, dengan rencana investasinya sekitar Rp11 triliun.
Di lain sisi, merek EV asal Vietnam, VinFast juga sedang dalam proses pembangunan pabrik di Subang senilai Rp3,5 triliun dengan kapasitas produksi 50.000 unit per tahun. Pembangunan pabrik baru milik VinFast itu sudah mencapai 77% per 18 Agustus 2025.
Jenama asal China lainnya seperti Geely dan Xpeng juga memiliki rencana kapasitas produksi EV 20.000 unit per tahun. Adapun, perakitan mobil listrik Geely dan XPeng masih menumpang di pabrik PT Handal Indonesia Motor (HIM).
Tak ketinggalan, GWM juga berencana memproduksi mobil listrik Ora 03 secara lokal di pabrik perseroan yang berlokasi di Wanaherang, Jawa Barat pada akhir 2025. Rencana kapasitas produksinya sebesar 4.000 unit per tahun dan kesiapan pembangunan sudah 83% per Agustus 2025.
Potensi Insentif Impor Disetop 2026
Diberitakan sebelumnya, pemerintah Indonesia belum memberi sinyal bahwa insentif impor untuk mobil listrik (battery electric vehicle/BEV) akan dilanjutkan pada 2026.
Tunggul mengatakan, hingga kini belum ada diskusi lebih lanjut terkait kelanjutan skema insentif untuk mobil listrik pada tahun depan.
"Terkait insentif mobil listrik, memang sampai dengan hari ini, kami belum ada sama sekali rapat atau pertemuan dengan kementerian atau lembaga yang lain terkait kelanjutan insentif ini," ujar Tunggul.
Mengacu pada Peraturan Menteri Investasi Nomor 6/2023 juncto Nomor 1/2024 batas waktu importasi dan program insentif impor mobil listrik akan berakhir pada 31 Desember 2025.
"Jadi, bisa kita asumsikan, karena sampai hari ini belum ada diskusi atau rapat, asumsinya memang insentif ini sudah akan berakhir sesuai dengan regulasi yang ada," jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan peta jalan TKDN, mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027 pabrikan mobil listrik perlu melakukan pelunasan komitmen produksi 1:1, produksi dengan spesifikasi teknis mencakup daya motor listrik dan kapasitas baterai minimal sama atau lebih tinggi.
Jika pabrikan EV tak mampu memenuhi syarat produksi lokal tersebut, pemerintah dapat mengklaim atas bank garansi yang gagal dibayar utang produksinya dari peserta program pada 2028 mendatang.