Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mempertanyakan komitmen pabrikan mobil listrik asal China, BYD Indonesia untuk menyerap komponen otomotif buatan industri lokal.
Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmat Basuki mengungkap fakta bahwa perusahaan komponen otomotif yang tergabung dalam anggota GIAMM sudah melakukan penjajakan kerja sama (business matching) dengan BYD selama setahun terakhir, namun hingga kini belum ada kesepakatan yang tercapai.
"Business matching dengan BYD sudah setahun lebih, tapi belum ada satu supplier pun yang deal, padahal katanya Januari 2026 mulai produksi?" kata Basuki kepada Bisnis, dikutip Rabu (27/8/2025).
Perlu diketahui, BYD tengah membangun pabrik di Subang, Jawa Barat yang diestimasikan rampung pada akhir 2025 mendatang. Artinya, jika sesuai rencana, produksi mobil listrik lokal BYD dapat dimulai pada awal tahun depan.
Adapun, pembangunan pabrik PT BYD Auto Indonesia yang dilaporkan baru mencapai 45% per Mei 2025. Pabrik EV asal China itu memiliki kapasitas produksi 150.000 unit per tahun, dengan rencana investasinya sekitar Rp11 triliun.
Padahal, lanjut Basuki, berdasarkan informasi dari anggota GIAMM, tidak ada kendala apa pun yang terjadi selama proses penjajakan, sehingga pihaknya tidak mengetahui secara pasti apa penyebab BYD belum memutuskan untuk dapat menyerap komponen dari supplier lokal tersebut.
Baca Juga
"Pastinya saya kurang tahu, tapi dari beberapa info anggota, audit ke pabrik sudah dilakukan berkali-kali dan tidak ada kendala," jelasnya.
Menurutnya, BYD merupakan salah satu pabrikan otomotif China yang mencari pemasok komponen lokal, selain Wuling yang memang sudah memproduksi kendaraan di pabrik seluas 60 hektare di Cikarang, Jawa Barat sejak Juli 2017 silam.
Di lain sisi, Basuki juga mengungkap bahwa terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di beberapa perusahaan komponen otomotif, sejalan dengan lesunya pasar domestik dan banjir impor mobil listrik secara utuh (completely built up/CBU) yang kian menggerus penjualan komponen lokal.
"Benar, beberapa anggota GIAMM ada yang mengurangi jumlah karyawan karena penurunan domestik market. Sudah market turun, ditambah banyaknya CBU masuk, baik EV maupun truk. Artinya suplai anggota GIAMM ke pabrikan mobil semakin sedikit," pungkasnya.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil wholesales sepanjang Januari–Juli 2025 tercatat 435.390 unit, turun 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 484.250 unit. Sementara penjualan ritel juga merosot 10,8% menjadi 453.278 unit, dibandingkan 508.041 unit pada 7 bulan pertama 2024.
Di sisi lain, penjualan mobil listrik murni (BEV) justru melonjak signifikan. Dalam periode yang sama, wholesales mobil listrik mencapai 42.178 unit, mendekati total penjualan sepanjang 2024 yang berada di angka 43.188 unit.
Tercatat, enam perusahaan telah masuk dalam program insentif impor mobil listrik, yakni BYD, VinFast, Geely, XPeng, GWM, dan PT National Assemblers. Kehadiran mereka di satu sisi mendorong percepatan elektrifikasi, namun di sisi lain menekan rantai pasok komponen lokal.
Bisnis sudah berupaya menghubungi Head of Marketing, PR & Government BYD Indonesia Luther T. Panjaitan untuk mengonfirmasi alasan perseroan belum mencapai kesepakatan dengan pemasok komponen lokal. Namun, hingga berita ini tayang, belum ada tanggapan dari pihak BYD.