Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku industri komponen otomotif berupaya untuk menekan beban produksi seiring penjualan mobil maupun motor yang lesu pada kuartal I/2024.
Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor atau GIAMM mencatat pasokan komponen untuk mobil mengalami penurunan sekitar 20%, sedangkan sepeda motor terkoreksi sekitar 2℅.
Hal ini selaras dengan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo yang menunjukkan penjualan mobil secara wholesales mencapai 215.069 unit pada Januari-Maret atau kuartal I/2024, turun 23,9% dari 282.601 unit secara year-on-year (YoY).
Sementara untuk penjualan secara retail mencapai 230.778 unit pada kuartal I/2024, turun 15% dari 271.423 unit secara YoY.
Selain itu, data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penjualan motor domestik mencapai 1,73 juta (1.735.090) pada Januari-Maret 2024, turun 4,87% dari 1,82 juta (1.824.073) unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmad Basuki mengatakan selain penjualan kendaraan, faktor lain yang mempengaruhi lesunya pasokan komponen otomotif adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Hal ini menyebabkan harga untuk bahan baku impor terutama besi, dan baja mengalami kenaikan. Salah satu upaya yang ditembus para pelaku industri adalah untuk bisa terus menggenjot ekspor.
“Secara umum untuk kuartal I/2024 kami juga ikut terdampak terutama dari komponen mobil,” katanya kepada Bisnis, Jumat (26/4/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan memang bahan baku idealnya diperoleh dari industri lokal. Namun, impor masih terus dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan industri hulu dari sektor otomotif.
Upaya lain yang ditempuh oleh industri komponen saat ini adalah dengan ya melakukan efisiensi proses pada manufacturingnya atau yang disebut dengan cost reduction.
Sebagai gambaran umum, perusahaan manufaktur komponen otomotif membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk merakit satu buah produk transmisi. Apabila bila proses perakitan bisa dipercepat, maka waktu tersebut terpangkas menjadi 8 menit.
“Kami bisa hemat 2 menit. Kalau dikalikan 8 jam kerja kan sudah banyak yang dihemat, seperti tidak ada lembur, biaya listrik, dan lainnya,” tuturnya.